Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 70)

9 Desember 2022   13:00 Diperbarui: 9 Desember 2022   12:59 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya setelah merasa nyaman dengan kehadiran  Awang, Kuntum bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke dapur. Awang pasti lapar, meskipun Kuntum tahu dia sendiri tidak akan bisa makan. Dia harus merawat suaminya, jika tidak, Awang mungkin tidak akan mengerti. Kehilangan Awang akan membuatnya gila.

Beberapa menit kemudian, Awang turun. "Sayang, aku tidak benar-benar lapar. Janganlah bersusah payah untukku."

"Tapi aku ingin, Awang."

"Tapi kamu tidak harus melakukannya. Kamu tahu itu, kan?"

"Ya...tidak, aku tidak tahu.. Aku tahu, tapi tidak lagi...." Dan air matanya kembali mengalir saat rasa sakit dan kebingungan melanda.

"Oh, sayang. Aku sangat mencintaimu. Aku mencintaimu, dan tidak ada yang bisa mengubah itu."

"Apakah kamu yakin? Tidak  ... bahkan ini?"

"Tidak ada apa-apa."

Cukup sudah berbicara. Ada kenyamanan dalam kebersamaan, meski lukanya sangat dalam. Di benak Awang, dia ingin tahu persis apa yang telah terjadi. Tapi dia tahu sekarang bukan waktunya untuk menyelesaikannya. Kuntum nutuh waktu untuk meluruskan hal-hal dalam pikirannya sendiri terlebih dahulu. Begitu banyak yang terjadi akhir-akhir ini. Sungguh menakjubkan bahwa mereka telah bertahan selama ini. Dia tidak bisa memikirkan hal lain sekarang. Kuntum membutuhkan semua perhatiannya.

Kegelapan dengan cepat menguasai rumah, dan tak satu pun dari mereka menyadarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun