Pengalaman batin dalam menulis sonian menuntut para penyairnya peka terhadap setiap makna kata yang hendak dituliskan, sehingga apa yang ingin diungkap terwujud dengan jelas. Dengan demikian jelas bahwa imajinasi, simbol, dan metafor sebagai kendaraan utama dalam menulis puisi, dalam hal ini, menulis sonian sangat dibutuhkan. Apa sebab? Karena yang disebut semua itu merupakan mekanisme psikis  dalam melihat, melukis, membayangkan, atau memvisualisasi sesuatu dalam struktur kesadaran yang menghasilkan sebuah citra pada otak.
Ditulisnya puisi dengan pola 6-5-4-3 suku kata per larik dimaksudkan antara lain untuk meninggikan harkat dan derajat manusia, dan malah bukan merendahkannya dengan mengangkat tema porno, cawokah dan cabul.Â
Sonian bisa diisi dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai agama yang dianut oleh para penyairnya, nilai-nilai budaya setempat, renungan terhadap alam, dan sebagainya, yang tidak bertentangan dengan hukum mana pun yang berlaku di muka bumi.Â
Sonian sangat berpihak kepada etika, moral, nilai-nilai kemanusiaan, dan nilai-nilai relijius, termasuk persoalan-persoalan hukum di dalamnya. Paling tidak, demikian dasar-dasar penulisan sonian dituliskan.Â
(Disarikan dari deskripsi grup facebook Sonian, oleh pencipta genre Sonian: Soni Farid Maulana.)Â
Bandung, 28 November 2022
***
MANTRA
(Ikhwanul Halim)
(1)
hai mambang si mambang
pergi menjauh
tasik tenang
tempatmu
(2)
durjana gandarwa
ke hutan rimba
di sanalah
rumahmu