Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kasus Sang Harimau (Bab 61)

24 November 2022   18:30 Diperbarui: 24 November 2022   18:29 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Kebiasaan kamu, Ndir!" kata nelayan lain. "Mengingatkanku pada si tua Opik--"

"Aku belum selesai ngomong!" potong Andir Bibir yang merasa terganggu.

"Lah, kamu kapan selesai ngomong?  Tunggu  diusir Danar?" timpal sebuah suara dari sudut.

Tapi Andir tak gampang dibungkam. "Si Tua Feri memegangku," dia melanjutkan, "napasnya di muka bikin aku hampir pingsan. Bau banget, kalah bau jeroan ikan yang dijadiin umpan hiu! Kemudian Kapten muncul dan menepuk bahunya, bilang, Anda tidak bisa memperlakukan salah satu dari anak buah saya seperti itu!' Tahu apa yang dibuat si Tua Feri?"

"Mengikat kamu ke jangkar," terdengar suara dari sudut.

Andir mengabaikan interupsi itu. "Dia mendatangi Kapten dan dia melotot. 'Sekali lagi kau mencicit,' katanya, 'aku lempar kalian berdua ke lobang WC!'"

Gelak tawa pun meledak. Tapi seorang nelayan tua yang berdiri di samping Andir mengangguk. "Si Tua Feri pasti serius," katanya. "Selalu saja dia menantang siapa pun yang mendekat ke perahunya. Aku memilih menghindar, pura-pura tuli."

"Memang sebaiknya begitu, Mang Uwi," kata Andir. "Aku juga tak mau lagi cari masalah dengan dia. Dasar pelukis sarap."

Jaka berkata dengan nada bijak, "Kudengar lukisannya banyak laku di Jakarta."

"Di sini tidak ada yang mau membeli lukisannya," kata Andir dengan nada menghina yang paling pahit. "Orang-orang di sini lebih waras."

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun