Tiwi terus memberontak berusaha melepaskan diri dari pelukan Zaki, tetapi upayanya sia-sia. Tubuhnya akhirnya menyerah sebelum keinginannya tercapai.
Dia berbalik menghadap Zaki. Air menetes dari hidung, dagu, dan rambut keduanya. Sambil menghela napas, Tiwi berbisik, "Tapi Mama ... Mama ... di sana...."
Zaki mencondongkan tubuh ke pagar dan berteriak, "Tante Laksmi!"
Dia menoleh, matanya melebar. "Di mana Miko?"
"Aku nggak tahu." Tiwi memutar salah satu lampu dek langsung ke laut, mengayunkan sinar kuning dalam setengah lingkaran yang semakin lebar. Suaranya yang gemetar menggelegar menembus badai. "Mama? Mama! Miko? Kalian di mana?"
Bahkan jika mamanya atau Miko tidak bisa mendengar suaranya yang ditelan laut yang mengaum, dia berharap mereka bisa melihat cahaya dan mencoba berenang ke arahnya. Angin menerpa wajahnya saat dia berteriak, "Apakah kamu melihat mereka?"
Zaki melindungi matanya dan mencari menembus hujan lebat. "Nggak ada apa-apa."
Tiba-tiba teriakan teredam menembus udara.
"Miko?" Tiwi berteriak.
Kepala Zaki berputar, dan dia menunjuk ke arah haluan. "Di sana."
Sosok yang akrab muncul melalui kegelapan. Itu memang Miko. Dia tidak jatuh ke laut.