Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Agar Segera Tertidur Nyenyak

19 Oktober 2022   09:00 Diperbarui: 19 Oktober 2022   09:00 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, sikat gigimu. Kemudian, buang air kecil dan cuci kaki.

Selanjutnya, pastikan tempat tidurmu rapi sehingga ketika kamu akhirnya berbaring, kamu hanya akan terganggu oleh pesan yang dia kirim, bukan oleh seprai atau selimut yang menggumpal.

Kamu pikir itu lucu? Mengapa kamu membalas pesannya? Tadi siang dia tampak tak peduli.

Hibur dirimu dengan mengatakan mungkin kamu tidak akan pernah melihatnya lagi. Dan jika kalian tak sengaja berpapasan, dia mungkin tidak akan mengingatmu.

Kemudian hitung probabilitas statistik bahwa kamu akan bertemu dengannya jika dia sering mengunjungi kafe itu. Ingatlah, kamu belajar statistik hanya di kelas tiga SMA dan satu-satunya hal yang kamu ingat adalah 'korelasi tidak menunjukkan sebab-akibat.'

Pikirkan apa yang Pak Daswir, guru matematika, lakukan sekarang. Dia punya dua anak, bukan? Isa dan ... Ahmad?

Kamu harus kembali ke kamar mandi lagi pada saat ini. Tentu saja, sesampainya di kamar mandi, kamu tidak perlu lagi buang air kecil. Namun, tiga menit cukup lama untuk membalikkan upaya putus asa untuk tertidur, dan cahaya dari jam meja yang redup memanggilmu.

Jangan pernah melihat jam. Dengan melihatnya, alih-alih tidur, kamu terjaga dan memikirkan ibumu.

Ibumu meneleponmu sore tadi, menanyakan apakah dia harus membelikan adikmu gaun baru atau apakah mungkin membutuhkan kap lampu baru karena lampu kuningan dengan kap merah muda di ruang tamunya terlalu terang. Kamu mengingatkan ibumu bahwa mungkin bohlamnya, bukan lampunya, yang terlalu terang.

Kamu bertanya-tanya bagaimana lampu bekerja. Ada hubungannya dengan elektron di kabel dan filamen memanas? Kamu pernah tahu pada satu waktu, tetapi sekarang itu hanya kenangan kabur dari les tambahan saat liburan semestaer ketika kamu masih kecil.

Kamu masih ingat aroma ruangan berdebu dengan karpet merah besar dan rak buku yang tinggi. Mungkin karpetnya tidak terlalu besar, hanya kamu yang kecil. Kamu ingat mengejar seorang anak yang kamu suka dan dia jatuh ke dalam kolam taman.

Kamu mencoba mengingat apakah sulit bagimu untuk tertidur saat kecil.

Kamu ingat juga tidak pernah bisa tertidur saat istirahat siang. Kamu benar-benar berharap masih punya waktu tidur siang.

Teringat tentang kucing masa kecil yang sekarang umurnya delapan belas tahun. Kucing itu mungkin tak lama lagi akan mati. Begitulah kata ibumu.

Sedikit mengeluarkan air mata. Kamu ingin menelepon adik perempuanmu untuk  berbicara dengannya tentang kucing itu, tetapi ketika mengangkat telepon, kamu tak sengaja melihat jam. 

Pukul 1:23 pagi, yang berarti jam 3:23 pagi waktu Ambon.

Cobalah untuk tidak mengingat bahwa kamu harus bangun jam setengah enam.

Lima tujuh belas menit, tepatnya.

Cobalah untuk tidak memikirkan presentasi yang akan kamu berikan besok. Cobalah untuk tidak memikirkan fakta bahwa kamu ingin tidur dua setengah jam yang lalu.  Dua jam dan, sekarang, dua jam dua puluh empat menit yang lalu, tepatnya.

Pada saat ini, kamu menyesuaikan dan mengatur kembali posisi berkali-kali sehingga tempat tidurmu yang rapi  menjadi tumpukan seprai dan selimut yang menjeratmu seperti anak penyu di jaring nelayan.

Kamu mulai berpikir tentang penyu. Penyu bernapas dengan sadar, dan bahwa ketika mereka tertangkap dalam jaring nelayan, mereka cenderung tenggelam karena mereka berhenti berpikir tentang napas mereka.

Kamu menjadi sadar bahwa pernapasanmu sendiri menjadi pendek-pendek tidak teratur.

Pada titik ini kamu ingin fokus pada mengatur napasmu.

Tarik napas dalam-dalam, tahan, embus, ulangi.

Kamu mulai berpikir untuk berenang di laut. Kamu bergoyang Bersama obak.

Kamu menjadi penyu dikelilingi ubur-ubur.

Bandung, 18 Oktober 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun