"Oh, kenapa?" aku bertanya.
Tuan Syarif ragu-ragu, lalu berkata dengan malu-malu, "Saya... eh, apakah saya bisa meminjamnya sebentar. Saya ingin punya waktu untuk mempelajarinya lebih dekat."
"Kenapa tidak?" aku tersenyum. "Lagi pula, saya sudah menjual mobil David, jadi saya kira tidak ada salahnya untuk meminjamkan Anda salah satu foto lamanya."
"Anda baik sekali," kata Tuan Syarif. "Saya akan menjaganya baik-baik."
'Tidak apa-apa, Tuan Syarif," aku meyakinkannya. Aku menatap sekali lagi foto Pertempuran Teminabuan dan sebuah ide muncul di benakku.
"Aku akan melakukan tawar-menawar dengan Anda, Tuan Syarif," kataku. "Aku akan meminjamkan Anda foto itu jika Anda mengizinkanku membeli kaleng tembakau."
"Yah ... saya tidak yakin tentang itu," kata Tuan Syarif, tampak kaget dengan saranku.
'Tapi kenapa tidak?" aku bersikeras. "Apakah Anda tidak ingin menjualnya?"
"Bukan begitu, tapi...."
"Lalu ada masalahj apa?" aku mengejar jawabannya.
Tuan Syarif ragu-ragu sejenak.