"Perusahaan kami bangkrut," lanjutku. "David menghilang, berhutang banyak padaku. Aku masih berusaha untuk menemukannya."
"Yah, tentu saja," kata Nyonya Ria.
"Faktanya, aku berusaha untuk menangani sendiri permasalahan ini secara hukum," kataku padanya. "Aku baru saja menjual mobilnya untuk menutupi sebagian utangnya."
Tuan Syarif tertawa. "Bagus untuk Anda!"
"Aku mendapat harga yang sangat bagus untuk mobil itu," gumamku santai. "Aku menjualnya kepada seorang pria bernama Steben."
Tak satu pun dari mereka bereaksi terhadap informasi ini. Mereka terus menatapku dengan sopan.
"Mobil siapa yang Anda bawa hari ini?" tanya Nyonya Ria.
'Oh, itu," kataku santai. Aku membelinya dari hasil menjual mobil David."
Nyonya Ria menghela nafas simpatik. "Yah, saya harap Anda berhasil menemukan Tuan David," katanya. "Meskipun saya tidak tahu apa-apa tentang bisnis, tetapi pasti sangat menyebalkan ketika hal semacam itu terjadi."
"Oh, aku pasti akan menemukan dia," kataku.
Tuan Syarif mengetuk bingkai foto di mejanya dengan jari telunjuknya. "Maaf," katanya. "Kalau ini bukan milik Anda, Tuan Handaka, ini membuat segalanya menjadi sedikit canggung."