"Terima kasih," kata anak laki-laki itu.
Rano mengangguk. Dosen masuk dan mendadak ruangan menjadi sunyi. Beberapa mahasiswa yang berdiri dengan cepat menempati kursi tempat duduk mereka.
Rano melihat ke depan dan melihat seorang gadis menatapnya. Dia tersenyum padanya, tapi cewek itu malah memalingkan wajah dan mencolek temannya. Mereka bergosip entah tentang apa.
Dosennya, seorang pria berusia awal lima puluhan, menyesuaikan kacamatanya, sementara tangannya menggenggam spidol warna warni. Rambutnya lebih banyak yang yang putih perak, membuatnya berwibawa.
Rano mengaguminya dan tersenyum, membayangkan bagaimana jadinya dirinya ketika dia akhirnya tua. Saat itu umurnya hampir delapan belas beberapa lembar janggut mulai teraba di dagunya.
"Saya lihat beberapa wajah yang mengulang mata kuliah ini---" kata dosen.
Anak laki-laki di sebelahnya menjawil tangan Rano. "Hei, kamu mengulang juga?" dia bertanya.
"Tidak, ini pertama kali," jawab Rano.
"Oh, pantas aku baru melihatmu untuk pertama kalinya."
"Aku juga. Kita cukup banyak di kelas. Aku melihat lebih dari dua ratus siswa dalam daftar penerimaan. Kamu tidak bisa mengenal semua orang dalam beberapa minggu."
Anak laki-laki itu memutar matanya. "Yah, kupikir kamu baru. Kamu tampak tenang dan tidak berbicara dengan siapa pun ketika aku masuk."