"Betulkah?" tanya Rano.
Sebuah ingatan melintas di benaknya dan dia teringat artikel yang pernah dia baca di internet tentang bagaimana mahasiswa baru diperas karena mereka belum akrab dengan lingkungan kampus.
"Baiklah. Bagaimana kalau kita berjalan ke pintu itu dan kamu menyerahkan map dan dokumen itu padaku sebelum aku membayar?"
Cowok itu ragu-ragu, bertolak pinggang dan menggelengkan kepalanya. Sialan, anak ini pintar juga rupanya, katanya dalam hati. "Eh, kau duluan. Aku harus ke toilet, nanti aku susul," katanya sambil mengangkat tangan melambai dan bergegas pergi.
Rano melihatnya dari belakang, yang terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Langkahnya lebar dan menarik celananya agar nyaman melangkah.
"Mungkin dia kira aku ini bodoh," kata Rano sambil tertawa.
Dia berjalan menuju Balai Serbaguna.
Memasuki aula, deretan kursi yang diatur di seberang meja dengan berbagai nama fakultas. Mahasiswa baru berdiri di dekat dinding mengatur berkas masing-masing. Rano berdiri dan menatap mereka, lalu melihat seorang gadis sedang menatapnya. Dia berjalan ke arahnya dan mereka berjabat tangan.
"Apakah kita pernah kenal sebelumnya?" gadis itu bertanya.
"Tidak, tapi aku pikir kamu yang mengenalku," jawab Rano dan tertawa.