Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Begal Rimba Tulang Bawang (Bab 26)

22 September 2022   08:00 Diperbarui: 22 September 2022   08:00 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Segala sesuatu yang terjadi seperti mengabur saat Keti mengamuk. Dengan trengginas dia mengibaskan pedang, menebas dan menerjang dan menusuk dengan hawa nafsu marah menggelegak di jiwa.

Baginya, semua yang dia lakukan adalah mencoba bertahan hidup. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga demi Janar. Tetapi bagi musuh-musuhnya, di mata mereka Keti adalah wanita iblis bersimbah darah dengan hawa membunuh menguar dari wajahnya.

Keti terkejut ketika dengan sudut matanya, dia satu demi satu prajurit jatuh tewas. Tenyata sabetan golok Ubai yang melompat-lompat bagai siamang rimba membuat pengeroyoknya bergelimpangan jadi mayat.

Suara tawa terbahak-bahak meledak di belakangnya dan dia berbalik untuk melihat Ganbatar memegang kapak kembar. Sambil berteriak, lengannya terbentang seperti sayap burung alap-alap, "Hadapi aku, pengecut! Ayo, lawan padaku! Biar aku antar kalian bertemu Batara Yama! Dan jangan lupa sampaikan rasa cintaku pada Batari Kali!"

Seorang prajurit dengan bodohnya menyerang Ganbatar dengan tusukan pedang lurus sambil membungkukan badan. Si Raksasa hanya menggeser kakinya selangkah. Usaha prajurit yang gagah berani itu mendapat ganjaran pemenggalan kepala dengan ayunan kapak di tangan kiri Ganbatar.

Melihat lelaki raksasa itu memenggal kepala rekan mereka dalam satu ayunan ringan, para prajurit lainnya mundur perlahan menjauh dari Ganbatar, lalu berbalik dan mengambil jurus langkah seribu. Dia tertawa terbahak-bahak karena kepengecutan mereka dan berteriak dengan suara menggelegar, "Jangan lari! Aku harus melaksanakan titah para para dewa untuk kalian!"

Ganbatar menyerbu ke dalam kerumunan prajurit yang marah, tak berhenti bahkan saat panah menembus bahunya. Dia mengirim dua prajurit ke alam lain dengan membelokkan kapaknya, memotong tubuh mereka seperti golok jagal memotong leher unggas. Wajahnya berseri-seri gembira seperti anak kecil yang sedang bermain saat dia mengayun dan membabat dengan ganas, membuat seluruh tubuh dan kedua kapaknya merah kehitaman bermandikan darah.

Palupi berdiri tegak di atap sebuah kedai tuak. Dia menempatkan anak panah ke tali busur dan mengirimnya terbang langsung ke dada para prajurit dengan kecepatan tinggi. Baru pada tembakan ke sepuluh dia tersenyum sambil menarik anak panah ke sebelas.

Janar muncul di samping Keti yang mengamuk dengan trengginas, berhati-hati agar tidak terkena amukannya. Seorang prajurit menyelinap di sampingnya dan tersenyum penuh kemenangan saat mengayunkan golok ke kepala Janar. Dia masih tersenyum ketika Janar mengayunkan pedangnya ke udara dan mengubur sisi tajamnya tepat di tengah dada si prajurit. Dia menarik pedangnya dan mendongak, melihat Keti yang tersenyum.

"Aku masih di sini," kata Keti.

Janar mengamati tubuh Keti yang bersimbah darah musuh.

"Kamu terlihat cantik dalam balutan warna merah. Segar dan menawan."

Sambil tersenyum masam dan menudingkan pedangnya ke arah kerumunan musuh, Janar bertanya, "Bagaimana kalau kita selesaikan secepatnya?"

"Tentu saja, tapi cobalah untuk tidak terbunuh," jawab Keti sambil mengedipkan mata lalu menyerbu ke gerombolan prajurit yang panik. Janar menyeringai geli sambil menatap Keti. Tak pelak lagi, mau tak mau, dia semakin mencintai gadis itu.

Sambl berteriak panjang Janar bergabung dengannya. Mereka bertarung bahu membahu. Pedang keduanya bagai bernyawa berkelebat menari dengan lincahnya, menyilaukan diterpa sinar surya. Perut-perut terbelah memburaikan usus, tubuh-tubuh terpotong dan teriris, Daging dan tulang terukir tajamnya ujung keris.

Tak lama kemudian, penduduk desa dengan bersenjatakan batu, garu, sekop dan golok bergabung dalam pertempuran. Mereka berjuang dengan penuh semangat untuk mepertahankan rumah dan kehidupan mereka.

Jumlah prajurit pasukan kerajaan segera menyusut dengan cepat. Sebagian yang ketakutan mengambil langkah seribu dan menjauh meninggalkan desa.

Saat mereka sedang bertarung, Ubai berteriak sekuat tenaga. "Hei, mengapa kita membunuh mereka? Aku pikir kita seharusnya hanya melukai mereka, bukan?"

Janar balas berteriak, "Aku tidak akan memberi tahu Rakyan Bagaspati apakah ada yang lebih dari terluka atau tidak," dia berbalik menatap Ubai.

Bibir Ubai melengkung membentuk senyuman licik, "Kurasa aku lebih suka begini." Janar mengangguk dan melanjutkan pertempuran.

Ganbatar berteriak kepada sisa-sisa pasukan yang masih bertahan.

"Baginda Raja berkata bahwa para dewa menuntut pengorbanan, bukan? Mereka tidak menentukan siapa yang mereka inginkan, bukan?" katanya sambil memutar-mutar kapaknya, "Jadi tidak masalah siapa yang mati. Kalian boleh saja mati untuk jadi persembahan Raja, kan? Kalian harus merasa istimewa untuk menjadi korban persembahan. Dan yang lebih istimewa lagi, yang membuat kalian layak bersyukur, bahwa akulah yang mengirim kalian menemui para dewa! Aku, Ganbatar Khulantemu Ulenbilgun Otgonbayar, pilihan para dewa! Oh, sungguh hari yang menyenangkan!"

"Kurasa Ganbatar sudah gila," bisik Keti pada Janar.

"Aku justru berpikir dia memang tidak pernah waras sejak lahir," jawab Janar.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun