Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janji dalam Nyala Api

28 Agustus 2022   20:38 Diperbarui: 28 Agustus 2022   21:09 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Daniel Tausis on Unsplash

Kamu dan kucing dan suara rumah ini. Bukankah itu sudah cukup? Aku seharusnya tidak kesepian. Kamu disini. Kamu selalu hadir.

Setelah beberapa bulan, hanya ayahku yang berkunjung. Kita duduk, kita bertiga, tetapi dia mengabaikanmu, bahkan setelah kamu membuat semua lilin serentak berkedip. Kamu tahu bagaimana ayah.

Ketika dia menyebut temannya, yang putrinya 'seperti itu', aku berharap kamu akan marah. Aku berharap lantai akan merengek, dinding akan berdarah, semua lilin akan padam sekaligus. Tapi kamu diam saat dia mencoba menjualku pada perempuan itu. Hanya satu kencan, katanya.

Lucu. Sekarang, ketika sudah terlambat, dia siap mendukung. Aku mencoba menjelaskan bahwa aku tidak ingin bertemu siapa pun. Kamu di sini bersamaku. Aku memberitahunya tentang tangga yang berderit, lilin, dan cermin. Aku tunjukkan buku catatan tempat aku merekam pesanmu. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata kamu ingin aku bahagia.

Kamu ingin aku bahagia. Itu sebabnya kamu tinggal, bukan? Malam yang panjang dan hari yang hampa.

Hubungan kita adalah hubungan jarak jauh, meskipun kita berbagi rumah ini. Kamu menulis saya surat. AKu menyusuri pegangan tangga dengan jariku dan berharap kamu merasakannya. Hidup.

Sekarang, kamu adalah kayu dan batu dan lilin.

Sakit, aku berbisik ke dalam api.

Sakit, kamu menulis dalam derit dan erangan.

Sakit, sakit, sakit.

Kita berdua terjebak pada pengulangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun