Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Begal Rimba Tulang Bawang (Bab 11)

7 April 2022   22:00 Diperbarui: 7 April 2022   22:01 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Dua prajurit lain melompati rekan mereka yang tidak sadarkan diri dan menerjangnya. Berkelit dari pukulan mereka dengan keanggunan seekor kucing, dia mengayunkan pedangnya melukai paha prajurit pertama dan gagang pedangnya mengetuk pelipis prajurit kedua.

Seorang prajurit berlari ke arahnya dan berhenti ketika dia melihat rekan-rekannya yang bergelimpangan meringis kesakitan. Dia mengatupkan giginya dan berteriak keras. Bahu Keti bergerak sedikit, tangannya mematuk bagai ular saat dia melemparkan belati ke bahunya.

Prajurit itu memiringkan badannya ke kanan, menghindari keris terbang. Wajahnya tersenyum mengejek. Senyum itu menjadi seringai kesakitan ketika Keti miring ke kiri. Ternyata menemukan keris itu hanya umpan. Dia gagal mengelak tepat waktu ketika Keti mengantar gagang pedang ke dagunya, membuatnya terhuyung dan jatuh berdebam tak sadarkan diri.

Keti masih menatap prajurit itu dengan senyum kemenangan, ketika sebuah panah berdesing di samping telinganya, hanya berjarak dua jari dari wajahnya. Keti mendongak kaget mencari asal anak panah itu datang dan melihat seorang pria bertopeng berdiri di sebuah gubuk dengan busur di tangannya.

Dengan wajah merah membara karena amarah, Keti mencabut anak panah dari punggungnya dan memasangnya di tali busur dan meregangkannya selebar jangkauan kedua tangan---semua dilakukannya dalam sekejap mata---membidikkannya ke pria bertopeng itu.

Seorang prajurit berteriak dari kirinya dengan tombak di tangan saat sambil menyerbu ke arahnya. Dalam sekelebat saja, Keti mengubah sasaran anak panahnya ke prajurit itu dan melepaskan panah ke selangkangannya.

Pria itu memekik dan tangannya mengatup celah ke dua kakinya dan tersandung jatuh tengkurap ke tanah.

Keti mendongak untuk memanah pria bertopeng dengan anak panah baru di tangannya. Dia terkejut, pria bertopeng itu tak lagi berada di tempatnya berdiri barusan tadi.

Di belakangnya, dia mendengar derap langkah kuda teman-temannya semakin mendekat. Keti menyeringai dan bergerak untuk melumpuhkan prajurit malang berikutnya.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun