"Mungkin kamu yang tidak bisa."
"Itu bukan ayam Bumi, Indrajit. Jangan bodoh."
"Kita akan melaporkannya dan kemudian Dr. Suzuya yang memutuskan apa yang kita lakukan dengannya."
Indrajit mengisap jarinya. "Itu benar-benar sesuai dengan seleraku." Indrajit menatap ayam itu. "Aku ingin tahu bagaimana rasanya." Dia menatap mata burung itu. "Aku ingin tahu apa yang dimakannya."
"Aku tidak pernah melihat matanya menjadi merah sebelumnya," bisik Julio. "Menurut mu-"
"Pergi  dan laporkan ke Dr. Suzuya, dan lindungi pantatmu," kata Indrajit sambil memperhatikan ayam Julio.
"Aku akan segera kembali," kata Julio. "Jangan sakiti dia."
"Kelihatannya dia semakin besar," kata Indrajit. "Buru-buru."
Julio berlari keluar pintu.
Satu jam kemudian, Julio membawa Dr. Suzuya ke dalam ruangan. "Indrajit?"
Ruangan itu kosong, hanya ada sebutir telur dengan pusaran merah-oranye yang bergoyang lembut di lantai.