Aku merobek-robek kertas itu. Selembar kertas yang kesepian dan terluka.
Aku tersenyum bodoh. Meremasnya menjadi bola dan melontarkannya ke dalam keranjang sampah. Meleset.
Timbul ide untuk mencari penyair masa lalu yang kurang terkenal di internet ketika telepon berdering. Ibuku bertanya apakah aku sudah makan siang.
"Bagaimana dengan praktik dokter hewan?" Aku suka cara ibu mengucapkan kata-kata itu.
"Baik! Kemarin mengoperasi usus buntu seekor kucing Persia. Tiga jam tetapi tampaknya dia akan selamat. bagaimana kabar di rumah?"
"Bagus. Hanya obat asma Ibu hampir habis."
"Baiklah, nanti kusuruh apotek mengirimkan untuk Ibu. Aku khawatir-"
"Tidak usah. Bagaimana denganmu? Punya teman baru?"
"Lumayan capek. Aku sangat sibuk, tetapi aku akan pergi ke grup menulis pada hari Jumat." Keceplosan.
"Keren. Tapi jangan pernah percaya pada seorang penyair."
"Mengapa Ibu bilang begitu?"