Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Sekarang

21 Maret 2022   07:07 Diperbarui: 21 Maret 2022   12:38 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wallpaperaccess.com

***

Pada suatu saat di malam hari, dia melihat ke langit sambil berjalan. Dia menghentikan langkahnya. "Kamu bisa jatuh tersandung," kata Jonas.

Melangkah di tengah kabut, saatnya kembali.

"Kini pikirkan sejenak. Apa artinya?" katanya. Tidak ada yang menjawab. Dia maju dengan ragu-ragu, bergerak seperti ikan yang baru saja dipancing. Menggeliat ingin menemukan jawaban.

Marini tak tahan lagi, dia maju menabak dinding kaca.

"Tidak berarti apa-apa," katanya.

Dia berhenti di depan dinding kaca, retakan kecil dirasakan oleh jari-jarinya. Menunggu di depan kaca tanpa berbalik. Dia ingin tidur agar bisa bangun lagi.

"Ini semua salah," katanya. Semuanya salah.

Tutup mata dan nyanyikan sebuah lagu. Lagu yang di malam hujan agar dia bisa tidur. Tidur.

***

Jonas melakukan segalanya. Persiapan, kremasi dan kendi abu. Mama Marini berduka. Ibu Jonas tidak tahu harus berkata apa untuk meredakan derita di hatinya. Dalam satu, dua, tiga, lima, enam jam, semuanya terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun