Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Sekarang

21 Maret 2022   07:07 Diperbarui: 21 Maret 2022   12:38 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wallpaperaccess.com

"Apakah aku sudah mati? Aku tak ingin mati," katanya. Dia terkejut bahwa dia tidak panik. Tidak ada yang menakutkan, pikirnya.

Dia membiarkan dirinya jatuh kembali, ditelan kabut. Saat menyentuh aspal, tidak merasakan apa-apa.

Mendengar suara yang mirip dengan jeritan di derasnya hujan. Begitulah cara dia menafsirkannya.

Itu bukan suaranya. Dia tidak tahu apakah itu suara tubuhnya, jiwanya, kesadarannya, atau realitas alternatif di mana dia mungkin dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Akulah yang menyebabkan kebisingan ini, katanya.

Mungkin.

***

Ketika Jonas tiba di rumah sakit, mereka memberi tahu dia bahwa sudah terlambat.

Dia tidak mau mendengarkan. dia tidak ingin kepastian. Dia menginginkan sesuatu yang lain. Namun, berita headline news meledak di depan matanya.

Jonas duduk di ruang tunggu, menangis dalam hati. Dia tidak menjerit karena pengajaran yang dilakukan oleh ibunya.

"Jangan pernah di depan umum, Nak," katanya, dan dia mendengarkan. Saat itu dia berusia tujuh tahun, di ruang tunggu rumah sakit dengan cedera lutut. Maka dia berhenti menangis.

Dia menelepon dan menjelaskan kepada ibunya dan mama Marini. Mereka menangis, dia tidak. Dia merasa bahwa itu seharusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun