Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Sekarang

21 Maret 2022   07:07 Diperbarui: 21 Maret 2022   12:38 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jantungnya berpacu, Bibirnya kering.

"Semoga dia baik-baik saja," katanya pada diri sendiri, mencoba mencari cara menerobos kemacetan. Matanya tertuju pada panorama buram lampu merah.

Klakson bersahut-sahutan memekakkan telinga, tak mampu mengalahkan pikirannya sendiri dengan gagasan tentang apa yang terjadi, tepat pada saat dia dalam perjalanan ke rumah sakit.

"Lalu lintas menyebalkan," katanya.

Lalu lintas adalah pelakunya, tidak diragukan lagi.

Apa yang terjadi pada Rini?

***

"Aku tidak apa-apa," atau begitulah yang dia katakan pada dirinya sendiri.

Kabut yang tidak terlalu tebal mengelilingi lapangan tempat dia berdiri. Dia berjalan ke arah yang tidak diketahui, berbalik ke kirinya. Dia menoleh ke kanan. Dia berbalik ke kiri. Yang dia lihat hanyalah kabut yang menyelimuti tempat itu.

"Tidak ada apa-apa," katanya.

"Aku tidak merasakan apa-apa," katanya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun