"Salah jalan di dalam gedung. Aku pikir dinding belakang mengarah ke tangga, tapi malah mencampakkanku ke luar."
"Kalian harus membiarkanku pergi!" pekik si palasik remaja, mencoba menendang petugas yang memegang kakinya. "Ibuku akan menuntut kalian karena telah menahanku!"
"Saya yakin banyak orang termasuk ibumu akan berterima kasih karena kami menangkap si pembunuh," kata Saras. "Bagaimana kalau pembunuhnya mengaku sekarang?"
"Aku tidak melakukannya, aku bersumpah!" teriak si palasik.
"Saya tahu." Saras mengangkat alis ke arah tuyulleprechaun.
Bibir pria kecil botak berjanggut merak itu melengkung. "Kamu menuduhku? Apa buktinya kalau aku pelakukanya?"
"Anda berjalan menembus dinding belakang ke lorong."
"Jadi?"
"Efran Dua ditemukan dalam ruangan tertutup. Pintu, jendela, dan setiap pintu masuk terkunci rapat. Pelakunya harus, secara harfiah, berjalan menembus dinding."
"Ah," kata Detektif Sanjo. "Palasik kita terus membenturkan kepalanya ke langit-langit, jadi jelas dia tidak memiliki kekuatan itu. Kamu satu-satunya tersangka yang bisa melakukannya."
Tuyulleprechaun mengutuk dan memaki dalam bahasa Irlandia Kuno.