Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahan Kimia

9 Maret 2022   20:11 Diperbarui: 9 Maret 2022   20:15 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini rumah sakit, pikirku. Tempat tidur yang dapat disesuaikan. Sprei linen kasar seperti kertas semen. Cahaya lampu neon terpantul lantai linoleum di selasar. Kilauan dari lantai kuno yang tercemar bahan kimia setiap malam, bahan kimia yang membangkitkan kenangan. Lantai diolesi dengan memori. Ingatan tentang Nyura-ku.

Gegar otak, kurasa. Dari tabrakan, atau terjatuh? Semuanya terlihat berantakan, terutama punggung tanganku. Tubuhku terasa litak tetapi jauh. Sepertinya aku menjadi balon hijau, tali terhubung di pusar, dan aku melayang-layang saat helium merembes melalui lateks yang diregangkan.

Aku tenang kembali dan merasa kaku dan lemah, tapi aku akan sembuh dan Nyura akan mendorongku keluar di kursi dengan satu roda berderit menyakitkan telinga, dan aku akan merasakan angin beembus di wajahku lagi.

Saya tidak melihat siapa pun meskipun saya mendengar kesibukan: langkah kaki dan obrolan tentang pekerjaan--- sadar akan tugas, terlindung dan steril. Tapi tidak ada yang melewati pintu bilikku yang terbuka.

Ranjang di sebelahku kosong, tirai pemisah terlipat di dinding seperti kipas, tergantung pada cincin di rel langit-langit.

Berapa lama aku di sini? Di mana Nyura?

Tempat tidurku yang dapat disesuaikan berderit seperti dipan.

Aku berusia tiga belas tahun, di perkemahan. Aku tidak ingat namanya, mirip nama India.

Hutan mengelilingi danau biru safir yang riaknya terdengar seperti beras dituang dari karung. Bayangan hutan mengaburkan tendaku.

Saat itu matahari terbenam atau mungkin jatuh ke balik. Saya mendengar jangkrik dan melihat mata-mata berkedip. Suara-suara yang memaksa dan putus asa. Dan kunang-kunang melayang-layang seperti boneka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun