Meskipun kohesi dan koherensi umumnya berpautan, tidaklah berarti bahwa kohesi harus ada agar wacana menjadi koheren. Mungkin ada percakapan yang jika ditinjau dari segi kata-katanya, sama sekali tidak kohesif, tetapi yang dari segi maknanya koheren.
Dalam percakapan yang berikut kita dapati pembicara A dan B.
A: Mbak, itu teleponnya bunyi.
B: Aduh, lagi tanggung, Mas.
Jika dilihat dari segi hubungan katanya, maka tidak tampak ada relasi antara kalimat A dan B. Akan tetapi, kedua kalimat di atas adalah koheren karena maknanya berkaitan. Jalinan itu disebabkan kata-kata yang tersembunyi yang tidak diucapkan.
Kalimat B sebenarnya dapat berbunyi "Maaf Mas, saya tidak dapat menjawab telepon itu karena saya lagi tanggung menyetrika rok."
Dalam bahasa Indonesia ada kata tertentu seperti dia, tetapi, meskipun, waktu itu yang dipakai untuk menjadikan wacana itu kohesif sehingga dapat tercapai koherensi.
DEIKSIS
Deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan. Kata atau konstruksi seperti itu bersifat deiksis.
Perhatikan kata sekarang pada kalimat yang berikut.
3. Kita harus pergi sekarang.