Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berbagi Waktu

23 Februari 2022   14:42 Diperbarui: 23 Februari 2022   14:44 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman sekelas Ghea sedang berdiskusi dengannya untuk membeli timeshare di Summer Palace, jadi aku memahami tujuan makan siang ini dalam percakapan singkat.

Aku berhasil membuat Seruni menggigit beberapa kerat buah dan daging sebelum dia menggeliat dari bangku dan berlari. Sambil meminta maaf, aku berlari mengejarnya.

Aku menemukan dia sedang memeriksa seorang anak lain, seorang anak laki-laki Jepang yang mungkin usianya ak berbeda jauh dengan Seruni. Aku menatap ibu anak laki-laki itu dan mencoba menyembunyikan keterkejutanku, wanita yang sama yang kutemui di sini lima belas tahun yang lalu. Dia tinggi, sosoknya tidak mencolok, dengan celana panjang hitam ketat dan blus merah marun.

Tatapan kami bersentuhan sebelum dia menoleh ke putranya, lalu Seruni berlari dan bocah lelaki itu membuntutinya, memasuki taman pulau yang dipenuhi bunga lili laba-laba merah dan pohon naga. Anak laki-laki itu naik ke bangku batu sementara Seruni menyebutkan warna pakaian anak laki-laki itu, dengan mencampuradukkan bahasa. Wanita itu mengobrol dengan keduanya.

Aku berdiri lebih jauh ke belakang, seorang menikmati ke pemandangan yang berkilauan di bawah sinar matahari, tapi segera wanita itu berbalik, menyadari kehadiranku.

"Berapa usianya?" dia bertanya dalam bahasa Jepang. Pada saat itu, aku bertanya-tanya apakah dia hologram atau hantu.

Tidak, tidak mungkin.

"Bulan depan tiga tahun."

"Putraku juga."

"Apakah dia masuk PAUD?"

"Tidak. Anak Anda?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun