Keti menggigit bibir bawahnya dengan frustrasi. Jari-jarinya mencengkeram hulu pedangnya erat-erat, siap untuk melumpuhkan penguntitnya yang gigih dengan senjatanya. Dia berbalik dan berteriak kaget, benar-benar terkejut saat melihat Janar berdiri hanya sedepa darinya. Mengapa dia tidak mendengar suaranya mendekat? Bagaimana dia bisa begitu lengah? Lelaki itu menyelinap ke belakangnya dengan keanggunan kucing hutan. Di balik sifat kekanak-kanakannya, dia adalah pria yang berbahaya. Mungkin karakternya yang lucu hanyalah tipuan.
Janar menyeringai ketika Keti meloncat mundur karena terkejut, berusaha menahan tawa saat melihat tampang bingung gadis itu,
"Orang-orang yang bekerja untukku adalah para bangsawan, dan mereka dapat memberimu pengampunan dari Raja. Sejarahmu dengan hukum tidak begitu baik. Wajahmu terpampang di dinding pengumuman desa-desa. Kebanyakan begal telah ditangkap dan dieksekusi tanpa pengadilan. Mungkin jika setelah meninggalkan gerombolanmu kamu bersembunyi maka kamu akan selamat, tetapi kamu malah membuat kehebohan di seantero Tulang Bawang. Kamu membunuh mantan prajurit bayaran untuk alasan yang tak dapat kumengerti, dan percayalah, Nyi, namamu paling atas dalam daftar penjahat yang paling dicari Kerajaan. Hanya masalah waktu saja sebelum kamu tertangkap. Dan tadi nyaris saja..
Seseorang telah menjualmu. Pasukan tadi bukanlah prajurit biasa. Mereka adalah pengawal dari istana dan langsung di bawah perintah Raja. Kamu takkan bisa tenang. Kamu membutuhkan pengampunan dari Raja jika ingin menjalani hidup tanpa terus-menerus melarikan diri sebagai buronan kerajaan."
Keti diam merenungkan kata-katanya. Senyum Janar muncul saat Keti menyarungkan pedangnya dan mengangguk. Dia mengulurkan tangannya sambil memamerkan deretan gigi putih yang rajin digosok dengan arang. "Namaku Janardana."
Keti menjabat tangannya dan mencengkeramnya erat-erat, "Aku rasa kamu sudah tahu namaku, jadi mari kita mulai. Bicara".
"Tentu saja. Kamu tahu, tidak? Gelarmu sangat cocok. Rubah Betina, kecil tapi mematikan."
Senyum Janar menghilang saat menatap matahari yang mulai menghilamng di balik tudung rimba, "Cukup mengobrolnya, kita harus pergi sekarang. Semua akan kujelaskan di tempat tujuan kita."
Sebelum Keti mengucapkan sepatah kata sebagai protes, Janar melesat masuk ke jantung hutan. Keti mendesis frustrasi dan berlari mengejarnya.
BERSAMBUNG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI