"Kosong," jawab Tajul. "Bongkar batu ke atas bukit dan turun kosong."
Petugas itu tersenyum. "Kawan, ini hari keberuntunganmu. Pemerintah akan membayar uang kopi."
Empat puluh lima menit kemudian, Tajul melanjutkan perjalanannya. Truknya penuh dengan tanaman ganja. Bukan hanya penuh, tetapi terlalu banyak.
Petugas lapangan telah mencabut begitu banyak pohon ganja sehingga tumpukannya mencuat di atas bak dan menggantung di samping.
Sesungguhnya anak-anak BNN telah menyewa truk si Opung Luhut dari kota, tapi tentu saja truk rongsokan Opung mogok di tengah jalan.
Truk Tajul yang kebetulan saja lewat merupakan keberuntungan bagi BNN. Para petugas lelah dan ingin segera pulang juga. Tajul menyebutkan harga tinggi dan mereka menerimanya tanpa mengedipkan mata.
Jadi di sinilah dia, mengangkut ganja atas permintaan pemerintah, dua mobil patroli di depan dan dua di belakang, keempat lampu strobo dan sirene menyala semuanya.
Ketika sampai di jalan raya, mereka menambah kecepatan dan ganja mulai beterbangan dari bak belakang truk. Mobil patroli di belakangnya harus menggunakan wiper beberapa kali.
Mereka melewati beberapa pejalan kaki dan dia bersumpah melihat salah satu dari mereka terkena hantaman cabang penuh di kepalanya.
"Nikmati saja daun surga gratis, sobat," katanya sambil tertawa.
Dia menelepon istrinya untuk memberi tahu dia bahwa dia akan terlambat untuk makan malam.