"Kurasa sudah cukup," bisik Kayla. Mug menjadi terlalu berat untuk dipegangnya, dan dia menjatuhkannya ke lantai, saat dia menyusut ke dalam lipatan gaunnya.
Dia berjuang untuk memanjat, bebas dari kerutan halus biru berkilauan yang tak berujung. Panik, yakin dia akan tenggelam di sini, di samudra kain, dia tiba-tiba terangkat bebas ke ruang tamu yang telah menjadi alam semesta yang sangat luas, sepenuhnya milik Mikael Danuarta.
Setiap milimeter Kayla dikonsumsi untuk menumbuh-ulangkan Mikael.
"Aku hanya harus terus hidup," kata cangkang Mikael menggantung tubuh mungil Kayla ke lubang mulut hitam yang menganga. "Aku dan kamu sebenarnya tidak ada masalah. Ini murni naluri bertahan."
Aku sudah gila, pikir Kayla, jatuh dalam kegelapan.
Aku bukan diriku lagi.
Bukan diriku.
Bandung, 20 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H