Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nama yang Menolak Mati

20 Januari 2022   19:35 Diperbarui: 20 Januari 2022   19:46 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kurasa sudah cukup," bisik Kayla. Mug menjadi terlalu berat untuk dipegangnya, dan dia menjatuhkannya ke lantai, saat dia menyusut ke dalam lipatan gaunnya.

Dia berjuang untuk memanjat, bebas dari kerutan halus biru berkilauan yang tak berujung. Panik, yakin dia akan tenggelam di sini, di samudra kain, dia tiba-tiba terangkat bebas ke ruang tamu yang telah menjadi alam semesta yang sangat luas, sepenuhnya milik Mikael Danuarta.

Setiap milimeter Kayla dikonsumsi untuk menumbuh-ulangkan Mikael.

"Aku hanya harus terus hidup," kata cangkang Mikael menggantung tubuh mungil Kayla ke lubang mulut hitam yang menganga. "Aku dan kamu sebenarnya tidak ada masalah. Ini murni naluri bertahan."

Aku sudah gila, pikir Kayla, jatuh dalam kegelapan.

Aku bukan diriku lagi.

Bukan diriku.

Bandung, 20 Januari 2022

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun