Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Warisan

13 Januari 2022   21:27 Diperbarui: 13 Januari 2022   21:38 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu bilang 'brengsek'? Rumah sebagus ini? Ingat, dulu kamu mengisi lemari besar dari kayu jati dengan baju-bajumu yang kampungan itu. 'Brengsek.' Luar biasa."

"Pajak membuatku bokek."

"Astaga, apa gunanya kamu kawin dengan Tora?"

"Apa kamu bilang?"

"Daripada kita ribut terus, lebih baik kamu pergi sekarang. Hanya itu yang terbaik yang bisa kamu lakukan, Moir. " Dia tidak bermaksud mengeluarkan kata-kata itu, tetapi dengan migrain yang menghantam kesabarannya, sikap Moira tidak membantu. "kepalaku sakit. Ada sisa pizza di kulkas kalau kamu mau."

Dia meninggalkan ruangan, pergi ke kamar mandi untuk mengeluarkan satu-satunya pil penghilang rasa sakit dari botol plastiknya. Sambil menggerutu, dia menelannya, kesal karena tidak terpikir untuk meminum obat pereda nyeri di tempat kerja.

Dia mengisi gelas dengan air mineral dari galon, dan buru-buru menelan isinya untuk mendorong pil ke dalam tenggorokan.

Moira mengawasinya di belakang sambil berpangku tangan.

"Sang Pangeran sedang migrain?"

"Apa katamu?" Dia berbalik, menyeka mulutnya dengan lengan bajunya. Dia tidak ingin mengakui migrainnya, meski jelas tampangnya sedang meringis miring.

Herman mungkin akan menuangkan minuman untuknya, menghangatkan kenangan masa kecil yang konyol untuk membantunya melupakan nyeri di kepalanya. Moira lahir terakhir dan tidak tahu perjuangan orang tua mereka ketika mereka masih muda dan hanya memiliki sedikit uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun