Bola kristal tua terletak di atas meja di sebelah kanannya. Madam menatapnya tanpa tersenyum.
Dia menghapus debu yang tidak terlihat dari kaki celananya dan berdeham, menunggu.
Jam berdentang tujuh dan kemudian delapan, lambat dan membosankan. Sebelum dentang kesepuluh, dia meletakkan jarinya yang terawat sempurna ke sisi bola dan mendorongnya sedikit.
Begitu saja sudah cukup. Bola kristal itu tergeletak di lantai, retak menjadi dua. Serpihan-serpihan kaca berserakan di bawah kakinya.
Madam memperhatikannya sejenak, lalu kembali ke bukunya. "Hmmm," gumam bibirnya.
"Seperti yang sudah diperkirakan. Persis seperti yang diharapkan," katanya ke udara hampa, seolah tidak yakin. Seolah membutuhkan penonton.
Terkadang dia merasa para arwah hadir menemaninya.
Lalu dia menyilangkan kakinya dan membalik halaman buku novel di tangannya.
Bandung, 10 Januari 2022
Â