Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pembangkang

30 Desember 2021   20:35 Diperbarui: 4 Januari 2022   20:42 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika akhirnya dia masuk ke dalam rumah, Fani sedang mengaduk sereal dengan susu rendah kalori dingin.

"Dari mana?" tanya istrinya curiga.

"Kuburan," katanya, dan melongok untuk memastikan Windu duduk di tempat biasanya di depan televisi ruang tamu. "Kamu tidak akan percaya apa yang terjadi. Perempuan jalang gila meneriakiku saat Honey pipis di rumput."

"Dia berteriak padamu?"

"Ya. Dia menyuruhku untuk membawa anjing itu ke tempat lain, seolah dia pemilik tempat sialan itu."

Wajah Fani berubah penuh kebencian yang luar biasa, mengingat wajahnya yang biasa saja, tampak tak menakutkan, lebih seperti bintang iklan sabun cuci batangan.

Dalam kondisi terbaik mereka seperti ini, dia dan istrinya bersatu melawan musuh bersama. Dia ingin memberitahu Fani tentang Sonya juga, tentang pengkhianatannya, dan mendapat dari simpati murni darinya. Tapi itu akan menimbulkan terlalu banyak pertanyaan.

Saat itu Windu berlari melalui dapur dan keluar dari pintu belakang. Honey dengan cepat mengekorinya. Hasto hampir tidak sempat berteriak, "Jangan biarkan anjing---" sebelum hewan itu melarikan diri ke halaman dan melaju dengan kecepatan penuh di jalan.

"Astaga!" teriaknya. "Windu, masuk ke dalam rumah!"

Fani meletakkan mangkuk berisi serela dan susu lalu berlari keluar. Windu berdiri di sampingnya, berpura-pura mempertarung dua figurine tokoh superhero dengan kedua tangannya.

Anjing itu telah menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun