Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 36: Seperti Sekarang Ini

19 Desember 2021   10:49 Diperbarui: 19 Desember 2021   10:51 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Himawan memejamkan mata untuk menahan agar air yang menggenang di pelupuk tak menetes jatuh ke pipi.

Lima tahun telah berlalu sejak dia terakhir kali mengunjungi Tinneke di panti wredha. Sifat pengecut dan sesal pada diri sendiri telah mencegahnya mengunjunginya lebih sering. Dia tidak tahan melihat Tinneke menjauh darinya.

Menghembuskan napas panjang, dia menekan pegangan pintu dan masuk ke aula, mendekati perawat di meja resepsionis.

"Selamat sore. Saya datang untuk melihat Tinneke. Tinneke Mekarwangi," katanya. "Sahabat saya dari kecil."

"Oh, nona kesayangan kami semua, Tinneke. Kamar 101, di ujung lorong di sebelah kiri Anda. Dan nama Anda?"

"Himawan. Himawan El Hakim."

"Pak Himawan, mungkin dia tidak langsung mengenali Anda, tapi dia pasti sangat senang dengan kunjungan Anda. Hanya keponakannya yang mengunjunginya akhir-akhir ini. Dulu banyak yang mengunjunginya. Tapi satu per satu, mereka berhenti datang. Kapan terakhir kali Anda melihatnya?" dia bertanya.

Sebuah pertanyaan sederhana, hanya membutuhkan jawaban sederhana. Namun pada saat itu, Himawan hanya bisa mengingat di tempat kursus piano, matahari yang menjelajah langit musim kemarau, kulitnya yang seperti buah persik, kepang rambutnya yang kemerahan jatuh di atas bahu, dan penampilannya yang urakan---hari pertama dia bertemu dengannya.

"Lima atau enam tahun lalu. Saya mengunjungi sekali, setelah dia pindah ke sini, "jawabnya.

Tak lama setelah ulang tahunnya yang ke-72, Himawan menerima pemberitahuan perubahan alamat dari keponakan Tinneke. Tinneke telah dipindahkan dari apartemennya yang luas di atas toko bunga---tempat dia menjalani sebagian besar hidupnya---ke sebuah kamar di panti wredha perawatan jangka panjang untuk orang-orang dengan Alzheimer. Dia berduka untuk Tinneke yang kehilangan kebebasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun