Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 36: Seperti Sekarang Ini

19 Desember 2021   10:49 Diperbarui: 19 Desember 2021   10:51 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjalan ke kamar Tinneke, Himawan ingat betapa menyedihkan melihatnya mulai kehilangan ingatan tentang dirinya dan ikatan masa lalu mereka. Dia meratapi kehidupan yang mungkin mereka jalani seandainya dia menemukan keberanian untuk melawan bapaknya.

Ketika dia tiba di kamar Tinneke, dia mengetuk pelan pintu yang terbuka dan masuk perlahan.

Di tepi tempat tidur rendah, Tinneke duduk tegak dengan mata tertutup, tertidur. Mengenakan jaket bermotif polkadot, celana beledu merah marun, dengan kalung emas dan anting-anting yang serasi, Alzheimer tidak membuat Raden Ayu Tinneke Mekarwangi kehilangan selera fesyennya.

"Tinneke?" dia berbisik.

Tiba-tiba, mata biru cerah terbuka dan dia tersenyum hangat padanya.

"Oh, allo!" seru Tinneke sambil bertepuk tangan dengan gembira. "Ada tamu! Kemari dan duduk di sampingku, "katanya, menepuk sisi ranjang. "Di sini. Apakah Anda ingin mencopot jaket Anda? Apakah Anda tadi berjalan kaki ke sini? Pipimu merah merona! Siapa nama Anda lagi?"

Karena tidak menemukan gantungan baju atau lemari yang tidak terkunci untuk menggantung topi dan jaketnya, Himawan meletakkannya di atas kursi tunggal dengan sandaran tinggi di depan meja rias.

"Tidak mengapa aku meletakkannya di sini?" dia bertanya. "Aku melihat gaun itu masih menjadi kesayanganmu," mengomentari kebaya brokat usang di alas kursi. Brokat pemberiannya berapa dasawarsa lalu.

"Tidak apa-apa, tapi di mana kamu akan duduk?" dia bertanya.

"Bukannya tadi kamu memintaku untuk duduk di sampingmu?"

"Ya, di sini. Dan siapa nama Anda?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun