Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutukan karena Menjadi Manusia

16 September 2021   20:21 Diperbarui: 16 September 2021   20:46 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: aucklandzoo.co.nz

"Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa kamu ada di sini? Kenapa kamu bukan lagi seorang manusia?" Katrina berbisik dari tempatnya berdiri di dinding kandang gajah. Rambut merahnya yang kusut semakin berantakan karena geraknya yang gelisah.

Apa pentingnya sekarang? Inilah yang sudah terjadi. Aku seekor gajah. Itu saja.

Markus mengatakannya ini dengan belalai dan telinganya dalam bahasa isyarat yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mereka berdua saling mengerti.

"Kamu masih tidak ingat?" tanyanya .

Markus menggelengkan kepalanya.

Katrina bangkit dan pergi untuk membersihkan kandang hewan lainnya.

***

Tubuh bongsor Markus gemetar saat gelombang memori menghantamnya dari dalam benaknya. Gina, berbaring di lantai berteriak, "Apa yang kamu lakukan? Tidak! Tidak!" sambil mengangkat lengannya yang berdarah-darah untuk menangkis tusukan yang terus dia berikan dengan pisau daging.

Dia mencintai Gina. Dia dihantui oleh ingatan itu pagi, siang dan malam.

Markus mencoba untuk mengingat saat-saat bahagia bersama Gina. 

Mereka telah bersama selama tiga lima bulan penuh bahagia. Dia ingat berjalan bergandengan tangan di arboretum setelah menyelesaikan tugasnya sebagai dokter hewan di kebun binatang, menonton orang-orang yang lalu lalang di kafe trotoar, menunggang kuda di taman kota. 

Kenangan terakhirnya sebelum pembunuhan itu adalah terbangun dalam pelukan Gina, lelah tapi puas. Kemudian ingatannya berpindah ke pemandangan yang mengerikan itu: lengannya sendiri yang memakai jaket kulit, menikam dan menikam, lagi dan lagi, perlawanan yang sia-sia setiap kali dia membuat luka baru dengan pisau daging yang tumpul. Darah bercipratan kemana-mana.

Markus mengepakkan telinganya dan mulai mondar-mandir. Jantungnya berdetak lebih cepat. Apapun akan dilakukannya untuk mengubah apa yang telah dia lakukan. 

Andai saja dia bisa mengingat apa yang telah terjadi anatar tempat tidur dan pembunuhan itu. Dia bahkan tidak tahu waktu yang hilang di antara celah peristiwa itu. Apakah itu berjam-jam? Tahun? Mengapa dia melakukan hal seperti itu? Apakah dia sudah gila?

Hanya Katrina yang tahu bahwa dia pernah menjadi seorang manusia. Katrina bisa melihat bahwa dia lebih cerdas daripada seekor gajah biasa. Mungkin mungkin karena dia menyerahkan dirinya dalam beberapa hal kecil. 

Sekarang dia berharap dia tidak pernah memberitahunya. Dengan dia yang terus-menerus mengingatkannya bahwa dia bukan manusia atau gajah, dia tidak bisa menerima keberadaan barunya. Dia, tentu saja, pantas menerima nasibnya, karena membunuh Gina secara brutal. Tapi dia tidak ingin menghidupkan kembali ingatan itu.

Dia tahu dia telah diubah oleh seorang penyihir kelas satu, karena hanya penyihir kelas satu yang bisa mengubah manusia menjadi makhluk yang besar dan berat. Yang dia tidak mengerti adalah siapa dan mengapa.

Katrina berjanji untuk menyelidiki, tetapi tidak akan memberi tahu siapa pun tentang nasibnya yang sebenarnya. Akan terlalu kejam bagi mereka yang mencintaimu, katanya. Dan dia tidak pernah membawa kabar apapun padanya. Hanya janji.

Bagaimana dia bisa percaya bahwa bukan Katrinalah penyihir yang mengubahnya? Mungkinkan ada orang yang membayarnya untuk melakukannya? Atau dia mata-mata untuk si penyihir kelas satu?

***

Saat Katrina datang lagi, Markus mengatakan ada sesuatu yang mengganggu salah satu telapak kakinya. Katrina melompat turun dari tempatnya berdiri ke kandangnya, menahan jatuhnya dengan kakinya yang kecil dan kuat. Dia mendekat dan dia mengangkat kaki Markus untuk diperiksa, tapi kurang ke rendah. Dia membungkuk untuk melihat telapaknya.

Dan sebelum dia tahu apa yang akan terjadi, Markus menginjak kepalanya. Katrina berjuang, wajahnya menunjukkan kengerian hebat. Tangannya mencoba mendorong kaki Markus  yang tentu saja sia-sia.

Kamu yang melakukan ini padaku! Itulah sebabnya kamu terus datang berkunjung, tetapi bukan untuk membantuku menemukan siapa yang melakukan ini!

"Tidak!" teriak Katrina. "Tolong! Jangan!"

Kenapa kamu melakukan ini?

"Tuanku yang menyuruhku."

Siapa tuanmu? Apakah kamu seorang penyihir?

Katrina diam. Markus menekan kakinya lebih keras lagi. Dia tidak tahu apa yang dibutuhkan seorang penyihir untuk mengucapkan mantra atau membatalkan sihir. Dia bisa saja berubah menjadi seekor katak dengan jentikan jari jika Katrina memang sorang penyihir kelas satu yang sebenarnya.

"Ya. Tapi sihirku terbatas."

Siapa tuanmu?

"Tak ada gunanya. Musuhmu yang menyuruhnya. Tuanku hanya melakukan apa yang dia bayar."

Markus menekan lebih keras. Katakan siapa yang membayarnya!

"Aku tidak tahu. Dia tidak memberi tahuku siapa kliennya."

Kamu seorang penyihir. Membunuhmu tidak akan berdosa. Katakan atau aku akan membunuhmu.

"Lebih baik mati remuk daripada disiksa. Kamu pikir menjadi gajah adalah satu-satunya kutukan untukmu? Ada alasan mengapa penyihir itu mengubahmu menjadi seekor gajah. Hewan yang memiliki ingatan yang kuat dan meratapi kematian mereka yang dicintainya."

Apa maksudmu?

"Kamu tidak membunuh Gina. Dia hidup. Ingatan itu ditanamkan di otakmu."

Kata-kata Gina mengejutkan Markus, membuatnya tergoncang dan membuatnya mundur, secara tidak sengaja melepaskan Katrina. Gadis itu berdiri dan menangis lega, kemudian gemetar karena marah.

Katrina berlari ke dinding.

Markus meniup trompetnya penuh duka cita. Katrina menatap kembali padanya dengan penuh belas kasihan di matanya.

***

Keesokan harinya, Gina berdiri di depan kandangnya. Mengenakan rok merah seksi dengan belahan di samping dan sepatu hak tinggi.

Gina membenci sepatu hak tinggi. Sama seperti ketidaksukaanya untuk berias dan menata rambut. Matanya yang kosong menatapnya dari wajah dengan dandanan yang berlebihan di bawah rambut kering modern. Tangannya yang bercincin terangkat dengan gerakan lambat mengusir lalat yang mendarat di wajahnya. Ekspresinya tidak pernah berubah.

Jantung Markus berpacu dan napasnya tertahan di paru-parunya yang besar. Dia mengeluarkan suara melengking yang menusuk telinga dengan belalainya sehingga Gina terhuyung mundur. Wajahnya masih kaku tanpa ekspresi.

Katrina berlari ketika Gina berjalan menuju kandang hewan berikutnya.

"Apakah kamu melihat dia?" tanyanya. Markus mengepakkan telinga tanda 'ya'.

Terima kasih. Kamu tidak mungkin tahu bahwa ternyata kenyataannya lebih buruk lagi, Markus menjawab dengan bahasa isyarat.

"Apa maksudmu?'

Aku tahu siapa yang melakukan ini padaku.

"Siapa?"

Lelaki yang membenci keberadaanku, karena istrinya meninggal menyelamatkanaku dari rumah kami yang terbakar. Ayahku, jawab Markus dengan isyarat.

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

Gina memakai cincin ibuku.

Bandung, 16 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun