Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Toko Organ

12 September 2021   21:13 Diperbarui: 12 September 2021   21:19 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku pergi ke toko organ untuk memesan kaki baru. Pramuniaga sedang menatap layar holo di depan wajahnya, tetapi dia mematikannya ketika aku masuk. Berbagai organ tubuh berkilau tergantung di belakangnya. Dia mengikuti pandanganku.

"Kaki baru?"

Aku mengangguk. Ada sepasang kaki kecokelatan yang tampaknya menjanjikan.

Tablet elektronik di mejanya menyala dan dia mulai mencatat

"Yang dipakai sekarang?"

"Titanium pintar dengan peredam kejut dan sambungan yang stabil."

"Di atas atau di bawah lutut?"

"Di bawah."

"Pilihan atau kecelakaan?"

"Saya terlahir seperti ini. Tanpa tulang kering, tumbuh dengan prostetik. Pernah mencoba hasil kloning sebentar, tetapi alergi dan gatal-gatal. Jadi saya kembali ke tungkai buatan."

Dia tertawa. "Ya, biasa terjadi. Istri saya mendapat ruam pada klonnya, dan juga kerusakan pembuluh darah. Gampang disembuhkan, tetapi mengapa harus repot-repot?"

Aku mengerutkan kening. Istriku memiliki kaki yang indah. Itu juga penyebab masalah ini. Aku di sini untuk memperbaiki keadaan.

"Bolehkah saya mencatat data diri Anda?" Dia menyalakan pembaca data dan aku menempelkan kartu tanda pengenal di atasnya.

Dia mengangkat alis. "Masih menggunakan kartu? Kami dapat membuatkan tato  atau menanamkan chip, kalau Anda mau."

"Saya suka menjaga tradisi."

"Tentu saja, Tuan...," dia membaca profilku. "Syauki?"

"Firman Syauki. Ya."

"Kalau Anda ingin memasangnya sekarang, operasi akan memakan waktu beberapa jam, diikuti oleh beberapa bulan pemulihan dan pelatihan."

"Saya sudah mendaftar untuk penerbangan ke Alpha Centauri. Saya sudah mendapatkan paket peremajaan, jadi bisakah operasi ini dilakukan pada saat yang bersamaan?"

Dia kembali menatap layar data. " Anda terbang dari Balikpapan atau Sahara?"

"Balikpapan."

"Tidak apa-apa. Anda dapat dioperasi di orbit, tidur saat transit ke kapal penjelajah, dan tetap tidak sadarkan diri selama penerbangan. Kami akan membuat Anda bugar dengan stimulasi otomatis dan mengkalibrasi kaki untuk gravitasi Alpha Centauri 5."

Aku menunjuk sepasang kaki cokelat di dinding. Dia membuat catatan, lalu memutar layar untuk menunjukkan daftar peningkatan. "Penggantian tungkai kaki di bawah lutut, butuh penyesuaian enam bulan. Apakah Anda ingin kami memperbaiki yang lain?"

Harganya menggiurkan, tapi menggoda. Aku sama sekali tidak menyangka kalau ini akan sangat mudah. Aku memakai tungkai buatan di bawah lutut, jadi aku tidak keberatan untuk menggantinya, tetapi dia tampak sangat senang dengan profil diriku. Mungkin aku bisa mengambil risiko untuk beberapa perubahan yang lebih dramatis?

Sungguh menakjubkan dengan apa yang mereka tawarkan. Lengan, mata, hidung, telinga, jantung dan paru-paru baru. Tapi juga ... 'saluran air'.

Aku mengetuk item yang kuinginkan pada daftar. Pramuniaga itu mengedipkan sebelah matanya.

"Tidak masalah, Tuan Syauki. Besar atau kecil?"

"Kecil sudah cukup."

Dia membaca ulang. "Jadi itu reparasi lengkap dari pinggang ke bawah. Warna cokelat melayu. Ada yang lain?"

Aku menggelengkan kepala dan menekan kode pembayaran. Nilainya besar, tapi tidak sia-sia.

"Terima kasih, Tuan Syauki. Semua akan dipasang sesuai pesanan Anda."

Aku tersenyum saat meninggalkan toko.

Aku bukan Firman Syauki, dan ini bukan Kartu Tanda Pengenalku.

Firman Syauki adalah lelaki yang berselingkuh dengan istriku,  dan dia akan sangat marah ketika terbangun di Alpha Centauri 5.

Bandung, 12 September 2021

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun