Sumi anak yang senang memilah-milah bagian dalam roti yang lembut. Itulah yang membuatnya ahli dalam melakukan otopsi.
Tubuh manusia itu seperti roti hot dog, katanya. Kulit adalah bagian luar yang sedikit lebih padat. Tapi begitu tengahnya dipotong, bagian yang lebih lembut dan lebih lezat akan terungkap, dengan segala kemegahannya yang mencair.
Sumi ingat benar pengalaman pertamanya membedah roti. Dia menemukan sebuah ensiklopedia yang menunjukkan anatomi tubuh manusia, dan begitu terpesona hingga dia mempelajarinya selama berjam-jam.
Sumi menginginkan mayat yang sesungguhnya untuk dipelajari. Ketika dia meminta satu untuk hadiah ulang tahun yang ke sepuluh, orang tuanya hanya tertawa dan membelikan boneka Barbie. Jadi dia mengambil roti hot dog dan menggambar tubuh manusia di atasnya dengan spidol, lalu membuat sayatan Y di dada manusia roti.
Sayatan Y tidak terlalu bagus hasilnya pada hot dog, tetapi dia berhasil membukanya, dan mulai mengeluarkan potongan-potongan kecil.
Dia memisahkannya sepotong demi sepotong, dan potongan-potongan kecil itu dibentuk menjadi organ kecil. Kemudian, dia memasukkannya ke dalam roti, masing-masing organ kecil di tempat yang sesuai, kecuali hati.
Ketika dia lagi-lagi meminta mayat untuk ulang tahunnya yang ke sebelas, orang tuanya menjadi khawatir.
***
Tidak butuh waktu lama bagi Sumi untuk menguasai otopsi pada roti, dan berlanjut ke otopsi pada hewan kecil.
Oh, dia tidak pernah membunuh mahkluk hidup, tidak! Dia hanya mengambil yang sudah mati, dan mencoba mencari tahu bagaimana mereka mati. Dia segera menjadi sangat mahir, dan teman-temannya akan membawakannya makhluk apa pun yang mereka temukan, untuk menonton dia bekerja. Dia akan membedahnya sambil menjelaskan, dan menyatukannya kembali, menjahitnya dengan jarum dan benang ibunya.
Tak seorang pun di antara penontonnya cukup tahu tentang anatomi untuk memeriksa apakah semua bagian itu dikembalikan dengan benar.
Ketika dia masuk universitas, dia mulai belajar ilmu forensik dengan penuh semangat. Profesornya kagum pada seberapa cepat dia belajar, dan betapa mahirnya dia dengan pisau bedah. Latihan sedari kecil memang sangat membantu.
Begitu lulus, dia mendapat tawaran langsung dari universitas untuk bekerja di kepolisian setempat. Tanpa pikir panjang, Sumi menerimanya.
Menjadi orang terakhir yang membuka mayat, tidak ada yang pernah memperhatikan beberapa hati yang sehat berhasil lolos keluar dari ruangan kerjanya.
Sumi masih suka memotong roti hot dog, hanya saja dia membuat sayatan vertikal tunggal, bukan Y lagi. Dan selalu, saja dia meraih dan mengeluarkan sepotong kecil isi dalam roti. Dia membentuknya menjadi hati, lalu memasukkannya ke dalam mulut, sebelum dengan rakus menyerang sisa roti, melahapnya utuh.
Bandung, 15 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H