Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 1: Nona Naga

18 April 2021   12:07 Diperbarui: 18 April 2021   12:31 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nona Naga | Anna May Wong: The First Real Dragon Lady Of The Screen (line.17qq.com)

Mulai minggu ini, aku akan meneruskan tradisi mas TS (Thamrin Sonata) menulis sebuah cerita setiap Ahad pagi. Iya, aku tahu sekarang sudah siang. Niatnya sudah dari beberapa hari lalu, ingatnya baru sekarang. 

Semua mitra kerjaku berkali-kali mengingatkan, "Hati-hati, dia Nona Naga."

Jadinya aku berpikir bahwa itu hal yang buruk. Buruk seperti 'pemarah', atau malah 'penjahat maniak sadis'. Aku membayangkan bahwa Nona Naga menutupi mata merah membaranya dengan kacamata hitam mencuat runcing bagai tanduk sehingga aku menghindari lantai tiga Divisi Kredit Berjangka agar dia tidak bertemu dengannya.

Aku bahkan menyumbang seratus ribu saat mereka membelikan sekantung briket batu bara untuk ulang tahunnya. Belakangan aku tahu itu untuk pesta kebun di taman belakang.  

Tapi kemudian saat kami melakukan pelatihan keselamatan kerja saat terjadi keadaan darurat kebakaran gedung, dia ternyata tidak jahat sama sekali.

Dia sungguh menyenangkan. Kami duduk di bagian belakang dan dia berkali-kali mengepulkan asap yang membuat alarm kebakaran meraung.

"Astaga, ini belum pernah terjadi sebelumnya!" Jonan, pelatih dari Dinas Damkar, dibuatnya bingung.

Kami terkikik seperti orang gila. Dia memiliki selera humor yang hebat. Akhirnya Jonan pun ikut tertawa terbahak-bahak. "Nona, seharusnya kamu saja yang mengajar di depan sini."

Nona Naga tersipu, melontarkan api kecil yang mengubah celana tahan api Jonan menjadi abu dan dia masih tersenyum. Jonan pasti terkesan karena dia mengajak kami semua ke bar. Kamu tahu absynthe? Minuman dengan nyala api biru kecil di atasnya? Bartender meraciknya dan kemudian menyalakannya dengan pemantik, dan kemudian meniupnya hingga padam. Saat tak ada yang melihat, Nona Naga meniup sedikit hawa panas ke atasnya. Pengunjung bar menoleh dan berkata, "Lihat, apinya kembali menyala!"

Kami semakin mabuk, dan suasana bertambah histeris. Bartender kemudian menyajikan minuman yang tidak mudah terbakar. Pernahkah kamu melihat bir terbakar? Nona Naga berhasil melakukannya hanya dengan sedikit embusan. Kocak.

Kemudian kami berpindah ke sebuah restoran Szechuan yang buka dua puluh empat jam.

"Oh! Oh! Pedas! Lidahku sampai terbakar," teriaknya. Api menyembur dari sela-sela bibirnya dan asap mengepul dari telinganya.

Para pelayan dan staf dapur berbondong-bondong dengan pisau pemotong daging di tangan, menatap bingung. Sesaat kemudian mereka baru sadar bahwa itu tipuan belaka. Para pelayan kemudian membungkuk dengan hormat. "Anda memang hebat, Nona Naga yang terhormat!"

Ngomong-ngomong, setelah malam itu kami mulai bertemu . Aku minta maaf padanya karena selalu menghindar sebelum malam itu. Dan akhirnya kami menikah di Dukcapil.

Orang-orang yang penasaran bertanya, "Tapi sisiknya-- bagaimana rasanya dengan sisik seperti itu, kau tahu--saat kalian di ranjang?"

Jadi, manusia memang gampang salah paham. Ketika mendengar kata 'sisik' mereka membayangkan bangkai ikan. Tidak! Sisik Nona, eh, Nyonya Naga, tidak seperti itu.

Pernahkah kalian menyentuh ular? Cobalah pegang ular barang sebentar. Sisik ular benar-benar nyaman saat disentuh. Begitu juga dengan sisik istriku yang terawat rapi halus dan lembut serta indah untuk dielus. Sisiknya sangat lembut. Dan tentu saja dia tidak berdarah dingin. Sebaliknya.

"Oooh, jangan membuatku kepanasan," desahnya, bergoyang membuat sisiknya berdesir. "Nanti hal yang buruk bisa terjadi pada rumah kita!"

Jadi, bagi orang yang mempertanyakan bagaimana rasanya menyentuh istriku karena sisiknya, aku sarankan untuk mencoba menyentuh ular. Atau kadal. Kamu akan mengetahuinya.

Oh, tentu saja dia bisa memasak. Bukan hanya sate, barbeque atau daging asap saja.

Selain itu, jika kamu pernah menjadi perokok sepertiku, kamu akan terbiasa dengan rasa terbakar yang disebabkan lentik bara api kretek. 

Bukan masalah.

TAMAT

Cakung, 18 April 2021

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun