Kirana Cahyarani tidak pernah tidur tanpa lampu malamnya yang dinamai Zarpa, jerapah berleher panjang kuning yang imut.
Suatu pagi dia terbangun tanpa Zarpa di atas meja rias di sisi ranjang. Kirana melemparkan selimut tebalnya, melompat ke lantai berkarpet dan berlari ke dapur menemukan suaminya, Giring, duduk bersandar di kursi memegang cangkir kopi.
"Sayang, di mana Zarpa?" Kirana bertanya. Napasnya terengah-engah.
"Maksudmu lampu tidurmu itu? Sayang, umurmu sudah 30 tahun. Kamu tidak butuh benda kekanak-kanakan itu lagi."
"Apa yang kamu lakukan?" Kirana merengut dengan butiran keringat menguraikan garis rambutnya yang hitam bersemu merah. Kebingungan, dia mondar-mandir di lantai dapur dengan tangan bersilang di dada.
"Aku menitipkannya ke tetangga depan yang sedang mengadakan garage sale," jawabnya sambil memasukkan roti sisir ukuran besar ke dalam mulutnya.
"Zarpa selama ini yang telah melindungi kita!"
"Dari apa?" tanya Giring dengan mulut penuh. "Aku lebih kuat dari lampu malam," sambungnya sambil memamerkan otot-otot lengannya.
***
Kirana menyambar gawainya, membuka pintu depan, berlari dengan masih mengenakan daster batik menyeberang jalan menuju halaman tetangganya yang sedang mengadakan garage sale.
Dia mencari-cari di semua meja.