Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Abege Saba Saung Dolken

11 Agustus 2016   23:31 Diperbarui: 12 Agustus 2016   00:59 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Saung Dolken ternyata bermakna pondok dari kayu dolken atau kayu gelam (Latin: melaluca leucandendron). Biasanya kayu dolken digunakan untuk keperluan proyek sebagai perancah atau penahan longsor. Namun, di sini menjadi bahan bangunan utama sebagai tiang, dinding dan pagar. Kayu dolken yang tua dan telah dikupas kulitnya memberi kesan alami dan asri.

Menjelang sore, rombongan AbeGe menumpang beberapa mobil menuju Kebun Raya Bogor yang berjarak 4,5 km untuk berfoto-foto. Kesepakatan awal, kita berkumpul di Grand Garden. Ternyata di tengah perjalanan terjadi perubahan rencana, tujuan pertama adalah Istana Bogor. Karena Penulis bersama teman yang merupakan penduduk Bogor, kami telah tiba terlebih dahulu di Grand Garden, meski macet luar biasa dan pemeriksaan di pintu masuk gate 3 cukup ketat. Ada acara ulang tahun keponakan Syahrini di Grand Garden dan presiden juga sedang tetirah di Istana. Pesan melalui Whatsapp yang terlambat diterima, membuat penulis dan teman-teman yang sudah terlanjur nyaman di Grand Garden membuat rombongan terpecah dua.

Makan malam di Saung Dolken berlangsung di aula yang terletak di seberang lapangan rumput dari Wa Rahmah dengan diiringi organ tunggal. Menunya mulai dari bakso, siomay dan kambing guling, juga main course yang tak sempat tersentuh saking kenyangnya. Apalagi kemeriahan organ tunggal dengan penyanyi orde tahun delapan puluhan membuat kami lupa usia.

Ortungnya tertutup para selebriti (dok. Abege)
Ortungnya tertutup para selebriti (dok. Abege)
Acara menyanyi dengan organ tunggal berlangsung sampai pukul 23.00. Menurut pemain organ, seharusnya hanya sampai pukul 22.00. Tapi karena penyanyi-penyanyi AbeGe suaranya merdu-merdu maka mendapat bonus tambahan satu jam. Jika saja tidak dikhawatirkan mengganggu tamu-tamu lain, mungkin akan berlanjut sampai pagi.

Pagi hari Minggu, bagi yang ingin berenang sudah mengapung di kolam renang yang terdapat di depan villa Muzdalifah. Karena penulis bukan ikan, maka penulis memilih untuk melanjutkan tidur sehat sampai dibangunkan untuk sarapan pagi di resto. Ada pilihan bubur ayam, roti, dan nasi goreng. Lagi-lagi nasi gorengnya maknyus!

Setelah sarapan, sebagian abeges dan keluarga yang beragama kristiani pamitan untuk ke Jakarta melaksanakan ibadah di gereja.

Menjelang siang, kami berfoto di lapangan rumput depan kamar Multazam dengan segala gaya dan kamera, termasuk kamera drone. Saking hebohnya, terlupa untuk memotret Saung Dolken dari ketinggian. Penyesalan yang terlambat.

Dok. Abege
Dok. Abege
Jam dua belas siang, rombongan berpisah setelah check out, meninggalkan Saung Dolken Hotel Resort dengan membawa kenangan indah.


Bandung, 11 Agustus 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun