Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Abege Saba Saung Dolken

11 Agustus 2016   23:31 Diperbarui: 12 Agustus 2016   00:59 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jauh sebelum ‘musim’ reuni, Teman-teman alumni kelas B6 SMA 3 Negeri Bandung tamatan tahun 1984 yang menamakan dirinya ABeGe (Alumni B Genep) sudah sering kumpul-kumpul. Genep artinya enam dalam bahasa Sunda. Tetapi mulai intens sejak tahun 2005, ketika milis menjadi sarana komunikasi yang umum digunakan komunitas. Pertemuan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja (bukan iklan minuman). Bahkan, pada bulan Juli tahun 2012, reuni berlangsung di Singapura.

Sabtu dan Minggu 6 – 7 Agustus kemarin, ABeGe kembali bertemu di kota Bogor. 

Untuk peserta dari luar Bogor yang ingin menginap, panitia ‘member’ ABeGe yang telah berdomisili di Bogor memesan beberapa kamar di Saung Dolken Hotel Resort yang terletak di Jl. Guru Muchtar No. 9, Kampung Kebon Karet, Cimahpar, Bogor, Jawa Barat. Fasilitas berupa aula dan resto juga telah di-booking untuk acara ABeGe.

Dari Bandung, perjalanan menuju Bogor start pada pukul 07.00 melalui jalan tol Cipularang dan tol Jagorawi. Sempat beristirahat sarapan dan tidur sejenak di Rest Area Km 97 Cipularang. Setelah cukup beristirahat dan ngopi sejenak, perjalanan dilanjutkan dan akhirnya tiba di Saung Dolken Hotel Resort Cimahpar sekitar jam 12 siang.

Jalan masuk dari Jl. Guru Muchtar ke area resort sekitar 400 meter menurun dengan tikungan tajam, namun terdapat rambu peringatan yang jelas dan juga dipandu oleh petugas.

Rombongan berkumpul di resto yang telah dipersiapkan untuk acara makan siang. Selain dari Bandung dan Bogor, hadir juga abeges (sebutan untuk anggota alumni) dari Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Tangsel. Banyak yang membawa keluarga, karena dalam AbeGe, prinsip kekeluargaan dipegang erat.

Resto Saung Dolken (Dok. Abege)
Resto Saung Dolken (Dok. Abege)
Menu makan siang merupakan kuliner khas Sunda yang disajikan sungguh menggugah selera. Namun yang sungguh istimewa adalah sayur asemnya. Maknyus! Saung Dolken Hotel Resort merupakan hotel syar’i, tidak perlu khawatir dengan kehalalan makanan yang tersedia. Pelayannya juga ramah-ramah dan melayani dengan baik. 

Di samping Resto terdapat kolam ikan mas. Musala dan toilet juga dekat dengan resto. Wifi gratis juga tersedia.

Setelah puas bersantap siang, abeges menuju kamar sesuai arahan panitia. Untuk yang tidak bersama keluarga, kaum pria mendapat villa Wa Rahmah. Tempat tidur yang tersedia di lantai bawah sebanyak 6 ranjang single dan lantai atas 8 ranjang single. Untuk wanita di villa Muzdalifah, yang diisi oleh delapan orang abeges. Penulis sendiri mendapat kamar di bawah. Begitu memasuki kamar, kesannya nyaman. Handuk, sikat gigi dan odol sudah diletakkan di atas ranjang. Sabun mandi cair dan sampo tersedia di kamar mandi. Ternyata hanya kamar bawah yang ditempati penulis terdapat kamar mandi dalam sampai dua buah!

Muzdalifah | saungdolken.com
Muzdalifah | saungdolken.com
Di samping Wa Rahmah, terdapat kafe yang dapat digunakan untuk meeting. Juga tersedia meja bilyar. Masih ada lagi fasilitas karaoke, pemancingan, futsal dan paintball, namun tidak termasuk paket yang diambil AbeGe.

Wa Rahmah (dok. Abege)
Wa Rahmah (dok. Abege)
Untuk abeges yang membawa keluarga, ditempatkan di kamar Multazam (Superior).

Nama Saung Dolken ternyata bermakna pondok dari kayu dolken atau kayu gelam (Latin: melaluca leucandendron). Biasanya kayu dolken digunakan untuk keperluan proyek sebagai perancah atau penahan longsor. Namun, di sini menjadi bahan bangunan utama sebagai tiang, dinding dan pagar. Kayu dolken yang tua dan telah dikupas kulitnya memberi kesan alami dan asri.

Menjelang sore, rombongan AbeGe menumpang beberapa mobil menuju Kebun Raya Bogor yang berjarak 4,5 km untuk berfoto-foto. Kesepakatan awal, kita berkumpul di Grand Garden. Ternyata di tengah perjalanan terjadi perubahan rencana, tujuan pertama adalah Istana Bogor. Karena Penulis bersama teman yang merupakan penduduk Bogor, kami telah tiba terlebih dahulu di Grand Garden, meski macet luar biasa dan pemeriksaan di pintu masuk gate 3 cukup ketat. Ada acara ulang tahun keponakan Syahrini di Grand Garden dan presiden juga sedang tetirah di Istana. Pesan melalui Whatsapp yang terlambat diterima, membuat penulis dan teman-teman yang sudah terlanjur nyaman di Grand Garden membuat rombongan terpecah dua.

Makan malam di Saung Dolken berlangsung di aula yang terletak di seberang lapangan rumput dari Wa Rahmah dengan diiringi organ tunggal. Menunya mulai dari bakso, siomay dan kambing guling, juga main course yang tak sempat tersentuh saking kenyangnya. Apalagi kemeriahan organ tunggal dengan penyanyi orde tahun delapan puluhan membuat kami lupa usia.

Ortungnya tertutup para selebriti (dok. Abege)
Ortungnya tertutup para selebriti (dok. Abege)
Acara menyanyi dengan organ tunggal berlangsung sampai pukul 23.00. Menurut pemain organ, seharusnya hanya sampai pukul 22.00. Tapi karena penyanyi-penyanyi AbeGe suaranya merdu-merdu maka mendapat bonus tambahan satu jam. Jika saja tidak dikhawatirkan mengganggu tamu-tamu lain, mungkin akan berlanjut sampai pagi.

Pagi hari Minggu, bagi yang ingin berenang sudah mengapung di kolam renang yang terdapat di depan villa Muzdalifah. Karena penulis bukan ikan, maka penulis memilih untuk melanjutkan tidur sehat sampai dibangunkan untuk sarapan pagi di resto. Ada pilihan bubur ayam, roti, dan nasi goreng. Lagi-lagi nasi gorengnya maknyus!

Setelah sarapan, sebagian abeges dan keluarga yang beragama kristiani pamitan untuk ke Jakarta melaksanakan ibadah di gereja.

Menjelang siang, kami berfoto di lapangan rumput depan kamar Multazam dengan segala gaya dan kamera, termasuk kamera drone. Saking hebohnya, terlupa untuk memotret Saung Dolken dari ketinggian. Penyesalan yang terlambat.

Dok. Abege
Dok. Abege
Jam dua belas siang, rombongan berpisah setelah check out, meninggalkan Saung Dolken Hotel Resort dengan membawa kenangan indah.


Bandung, 11 Agustus 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun