Hari ini tepat 1 tahun usia akun Kompasiana atas nama Ikhwanul Halim aka Ayah Kasih aka Penyair Majenun. Untuk mengenang masa-masa silam yang indah, malu pada semut merah di pagar belakang sekolah, maka reporter Rumpies The Club (RTC) Oel, menemui manusia tersebut yang sedang menyeduh kopi di dapur sambil bersenandung lagu Asereje dari Las Kechup. Widdih! Djadoel banget lagunya, yak! Â
Berikut hasil wawancara yang berlangsung singkat, padat, di bawah pohon alpukat bulat, daunnya coklat bolong-bolong disikat ulat.
Rumpies The Club (RTC)
Selamat sore, mbah.
Ikhwanul Halim (IH)
Amsyong, dah. Ane masih muda, sepantaran Ami Abeb, admin RTC.
RTC
Ngucap, mbah.
IH
Nyebut mbah lagi kita putus!
RTC
Ok, deh. Maunya dipanggil apa?
IH
Eyang. Eh, masbro aja.
RTC
Sejak kapan masbro mulai menulis?
IH
Sejak SD. Setelah diajarkan membaca ‘i-ni bu-di’, ‘i-ni i-bu bu-di’ kami disuruh menulis di buku tulis. Saya ingat karena waktu salah tulis ‘i-ni bu-bi’, penghapus pensil saya yang harum seperti permen karet, kenyal seperti permen karet, tapi rasanya tidak seperti permen karet itu sudah keburu habis.
RTC
Maksud saya, kapan masbro mulai menulis puisi?
IH
Oh...saya tidak ingat. Mungkin sejak saya menyukai musik, yaitu semasa masih batita. Tulisan saya waktu itu menggunakan aksara ciptaan saya sendiri yang hanya dimengerti oleh saya saja. Ibu menyebut puisi saya ‘Coret-coret Dinding’.
RTC
Apa hubungan musik dengan puisi?
IH
Karena lagu memerlukan lirik. Makanya saya menyukai puisi dengan pola tuang yang ketat seperti sonnet, dan lain-lain.
RTC
Mengapa Anda menulis di K?
IH
Kan waktu itu syarat untuk ikut event Puisi Merah Putih RTC harus menulis di Kompasiana? Anda lupa, ya? Masih muda kok sudah pikun.
RTC
Bagaimana kesan-kesan Anda selama menulis di K?
IH
Menyenangkan.
RTC
Widdih! Jawabannya kok singkat amat?
IH
Motto saya: sedikit bicara banyak ngetik.
RTC
Apa yang telah Anda capai selama setahun menulis di K?
IH
Pengalaman yang berharga. Teman-teman yang baik.
RTC
Apa yang Anda harapkan dari Kompasiana?
IH
Saya mengharapkan agar K meniru notifikasi facebook ataupun media daring lain. Detail, siapa yang memberi NILAI, Komentar dan Balasan Komentar baik di tulisan sendiri maupun di tulisan orang lain secara real time.
Jangankan untuk memeriksa apakah komentar kita di artikel orang lain dijawab atau tidak, untuk artikel sendiri saja suka lewat. Mustahil saya harus bolak-balik memeriksa tulisan saya yang terdahulu untuk tahu ada yang memberi NILAI/Komentar atau tidak.
Oh ya, satu lagi. Mbok sekali-kali saya dimenangin kalo ikut competition. Ha ha. Gitu aja.
RTC
Kalau yang terakhir jangan terlalu ngarep, deh, mbah—
IH
Kita putus!
RTC
Diiih, masbro...segitunyah! Lempar talenan, lho!
Demikianlah wawancara RTC dengan IH yang harus berakhir bersama tandasnya kopi di cangkir.Â
Tukang bubur sumsum yang mau lewat balik gerobak, buru-buru kabur takut dipalak.
Bandung, 3 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H