Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Drama

Menilai Karya Sendiri, Mungkinkah? (Babak II)

1 April 2016   19:24 Diperbarui: 4 April 2016   23:08 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Waking up in Someone Else Body | http://conniehdeutsch.com/waking-up-in-someone-elses-body"][/caption](MUSIK : I’m in Love With A Monster – Fifth Harmony.

PM menaiki pentas dengan sepatu kulit dan celana jeans yang sama. Kaos dan topi nya sudah diganti, mungkin dari sponsor lainnya, jika ada. Ia membawa sepiring gorengan yang diletakkan di atas meja kecil samping kursi bar depan cermin. Sebelum duduk, ia melakukan peregangan badan. JM yang muncul di cermin mengikuti gerakannya dengan tidak sabar.

MUSIK FADE OUT)

JM
 Kapan kita mulai?

PM
(berhenti melakukan peregangan) Segera. (duduk di kursi bar)

JM
 Haus. Bagi minum dong!

(PM menuangkan air dari teko ke dalam cangkir, atau membuka tutup botol plastik minuman dari sponsor. Mudah-mudahan ada sponsor. Ya Tuhan, bukakanlah hati para sponsor demi kemajuan berkesenian di negeri ini.)

JM
(mengelap bibir) Kita membahas puisi terinspirasi novel. Ada berapa karyamu?

PM
(melihat layar gawai Android yang sudah tidak diproduksi pabrik lagi sejak dua tahun lalu)

Ada tujuh, Juri Yang Mulia.

Cintaku Membiru yang terinspirasi novel Cintaku di Kampus Biru-nya Ashadi Siregar, 

Sang Pencerah berdasarkan Siddhartha karya Hermann Hesse, 

Merah, Hijau, Biru, Ka! yang mengapresiasi karya Kim Stanley Robinson, Mars Trilogy  

Tanpa Bentuk, Tanpa Nama dari Naga Bumi 1 dan 2 karya Seno Gumira Ajidarma 

Ensiklopedi Galaktika dari Foundation Trilogy Isaac Asimov 

Mencintai Ratu Pantai Selatan berdasarkan Perjanjian dengan Maut, novel karya  Harijadi S. Hartowardojo 

Stambul Kehidupan terinspirasi karya Pramoedya Ananta Toer, Midah si Manis Bergigi Emas 

JM
 Baiklah, langsung pada puisi pertama, Cintaku Membiru.

Lu kagak kreatif, ya? Judul puisi lu mirip sama novelnya. Isi puisi lu juga bohong. Memangnya waktu mahasiswa dulu banyak cewek-cewek yang naksir lu? Hah! Mimpi!

PM
 Ok, ok...lewat! Lanjuuut....

JM
 Gue tau lu suka banget sama novel Hermann Hesse. Berapa kali lu sebut-sebut dalam beberapa tulisan lu. Tapi puisi lu Sang Pencerah cuma ringkasan cerita, sinopsis yang dipuisi—

PM
 Lewat lagiii! Lanjut, deh.

JM
 Bagus, nggak  perlu gue ngritik karya lu panjang lebar jadinya. Bisa nangis darah lu ntar.

Hmmm.....Merah, Hijau, Biru, Ka!

Lu kalau bikin puisi seenak udel, deh. Kalau beneran lu jadi peserta lomba, baca judulnya aja orang udah males. Gitu juga Ensiklopedi Galaktika... Garing! Puisi terinspirasi fiksi ilmiah? Kalau nulis puisi itu dengan bahasa yang difahami manusia, bukan bahasa planet jauh!

PM
 Jadi yang gugur langsung dua? (mengangkat tangan)

Mengapa tidak sekalian aja semua?

JM
 Oke! Kita selesai!

PM
 Eh, jangan gitu, dong. Masih ada tiga lagi, siapa tahu—

JM
 Tuh gorengan cuma buat pajangan?

PM
 Juri Yang Mulia lapar? Samaaa! (mencomot dan menggigit gorengan. JM dicermin tentu saja melakukan hal yang sama. Mereka makan diiringi lanjutan lagu I’m in Love With A Monster dari Fifth Harmony yang berhenti mendadak begitu sepotong gorengan kelar nasibnya dan air minuman yang tersisa habis membasuh tenggorokan PM yang gatal berminyak)

JM
 Ok, kita lanjutkan karena penonton sudah ada yang pulang. Bosan.

Tanpa Bentuk, Tanpa Nama. Sebetulnya lu mau protes ke Seno Gumira Ajidarma karena jilid tiga Naga Bumi kagak terbit-terbit, kan?

PM
 Kok Juri Yang Mulia tahu?

JM
 Yaiyalaaah! Lu itu gue dan gue itu lu!

Lu nulis puisi bukan karena terinspirasi, tapi caper!

PM
(manyun) Lanjuuut! 

JM
Mencintai Ratu Selatan karena lu mau gagah-gagahan dengan gaya Sandrian tahun delapan puluhan—

PM
(tak sabar)Lanjuuut!

JM
Terimalah nasib bahwa enam dari tujuh puisi lu gagal total.

PM
(mengharap) Berarti puisi yang ketujuh menang?

JM
 Gue menghargai usaha lu mengangkat genre musik lama sebagai basis puisi. Pertama kali lu nulis di K, lu coba gaya Betawi, cuma tanggung banget.

Stambul Kehidupan, lu mau bikin puisi gaya kroncong, stambul, gambang. Masalahnya, lu kagak definisikan apa itu ‘puisi’ kroncong atau puisi ‘stambul’ atau kalau lu lebih nekad lagi, puisi ‘tanjidor’, puisi ‘ondel-ondel’, puisi ‘saman’, dan seterusnya.

PM
 Jadi kalau aku bisa membuat definisi apa itu puisi kroncong atau puisi stambul, maka aku akan menang?

JM
 Nggak juga. Serahkan aja soal definisi sama ahlinya. Lu terus aja nulis suka-suka.....

Yuk abisin sisa gorengannya.

Eh, udah ngucapan selamat ke Rumpies The Club? Pan ulang tahun hari ini!

PM
(menoleh ke arah kamera) Selamat Ulang Tahun RTC! Semoga sukses, banyak rejeki, enteng jodo!   

(Musik: Lagu Kroncong Kemayoran yang dinyanyi Guus Becker mengiringi PM dan JM yang mengunyah gorengan. Penonton pada kesal dan mungkin sudah bubar kalau tidak ingat bahwa akan ada doorprize setelah sandiwara kenthir ini berakhir.

MUSIK FADE OUT)

 

LIGHT OUT

 

Bandung, 1 April 2016

 

BERSAMBUNG

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun