Kelam sekali pagi itu
Derap langkah menuju ke langit hitam
Entah apa yang ada di kepala sang penabur air penghancur
Semua menghancurkanÂ
Bukan hanya mata Novel Baswedan kau rusak
Mata keadilan kini jadi korban berikutnya
Tak letih kau lawan semua perintang
Hingga seakan Tuhan tak bisa melawanmu
Hancurlah harapan keadilan maha megah
Kembali merangkak dari bawah
Sadarkan kita setan besar menghadang nyata
Hanya menangis dan bersimpuh di bawah kaki sang durjana
Dalam perih lahir dan batinÂ
Masih ada secuil asa keadilan
Walau tahu terbentur dinding tinggi menjulang
Tak hanya memar benturan tapi nyawa bisa hanyut
Akan tiba waktunya saat dinanti
Dinding tinggi itu runtuhÂ
Ingatkan hikayat usang
Raja Namrud "Sang Tuhan" kalah oleh seekor nyamuk
Tak ada kefanaan kekuasaanÂ
Apalagi tidak sengaja berkuasa
Kepalan tangan tidak sengaja menghantam
Tirani pun tak sengaja mendulang nestapa
Berkuasalah wahai sang "Tidak Sengaja"
Menarilah dalam tangismu dengan mata nanar
Kutahu kau pun menangis dalam lubang kegelapan
Darah dan pandanganmu menjadi gelapÂ
Kau tak mampu keluar dari nurani putihnya
Sebab kadung bergelimang lumpur kenikmatan
Hanya rasa ketakutan akan tercerabut dari kenikmatan
Kau abai memanusiakan manusia
Semua terus menggelinding
Nanti pengikutmu pun abai atas tongkat perintah sang "Tidak Sengaja"
Hingga waktu tunjukkan saatnya kau terkapar
Semua berkata "Tidak Sengaja" jatuhkanmu
(Isk)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H