Sumber foto: wajibbaca.com
Sayup terdengar kabar dari kejauhan
Gemerisik hingga jelas mendekat
Nafas tersengal engap
Kabar apa yang sedang terjadi?
Merpati hinggap dan sodorkan segulung kertas
Kubuka lembar demi lembar kertas kabar
Terkuak kabar yang hadirkan gundah
Nun jauh disana saat lama ku ramal
Akan turun suatu yang di atas
Begitu juga yang di bawah akan naik ke atas
Gemetar tangan genggam surat berisi kabar
Entah apa yang harus kuceritakanÂ
Tak boleh ada dilema kata suara hati
Pergilah gundahÂ
Jangan selimuti aku dengan mendung tebal
Tahukah kauÂ
Ku tak akan terkoyak atau lunglai
Sekalipun kaki dan tangan terikat akar jahilmu
Tak ampun kegundahan halangi karpet mentariku
Seribu gundah ku tak akan lari
Ku dekati kau
Kucumbu kegundahan
Hingga kau berkata izinkan ku berlari
Terserah kau...Â
Kabar yang kau bawa hanya sesaat buatku gamang
Kabarmu bercerita akan ada ranting menusuk kakiku
Hingga pada akhirnya tak berdaya berlari
Tidak
Jelas kau yang akan lari dariku wahai gundah
Seribu penjuru adalah jalanku
Kabarmu tetap kusimpan
Sebab apa ku tak mau beritahu
Aku punya semangat dari pendampingku
Jangan kau lupaÂ
Anak-anak dari pendampingku cadas lecutkan cambuk agar kaki terus melakukan
Kabarmu tentang gelapnya jalanÂ
Bias oleh hentakan para penyemangatku
Jadi, ku katakan sekali lagi
Aku bukanlah pecundang
Aku tak akan mau kalah
Sekalipun jalan kau tutup
Ku yakin jalanmu retak hingga robohkan pintumu
Pergilah gundah
Karena tak lama lagi ku berjabat tangan dengan mentari
(Isk)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H