Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Gundah Semakin Kelam

11 Juni 2020   00:03 Diperbarui: 10 Juni 2020   23:54 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: wajibbaca.com

Sayup terdengar kabar dari kejauhan

Gemerisik hingga jelas mendekat

Nafas tersengal engap

Kabar apa yang sedang terjadi?

Merpati hinggap dan sodorkan segulung kertas

Kubuka lembar demi lembar kertas kabar

Terkuak kabar yang hadirkan gundah

Nun jauh disana saat lama ku ramal

Akan turun suatu yang di atas

Begitu juga yang di bawah akan naik ke atas

Gemetar tangan genggam surat berisi kabar

Entah apa yang harus kuceritakan 

Tak boleh ada dilema kata suara hati

Pergilah gundah 

Jangan selimuti aku dengan mendung tebal

Tahukah kau 

Ku tak akan terkoyak atau lunglai

Sekalipun kaki dan tangan terikat akar jahilmu

Tak ampun kegundahan halangi karpet mentariku

Seribu gundah ku tak akan lari

Ku dekati kau

Kucumbu kegundahan

Hingga kau berkata izinkan ku berlari

Terserah kau... 

Kabar yang kau bawa hanya sesaat buatku gamang

Kabarmu bercerita akan ada ranting menusuk kakiku

Hingga pada akhirnya tak berdaya berlari

Tidak

Jelas kau yang akan lari dariku wahai gundah

Seribu penjuru adalah jalanku

Kabarmu tetap kusimpan

Sebab apa ku tak mau beritahu

Aku punya semangat dari pendampingku

Jangan kau lupa 

Anak-anak dari pendampingku cadas lecutkan cambuk agar kaki terus melakukan

Kabarmu tentang gelapnya jalan 

Bias oleh hentakan para penyemangatku

Jadi, ku katakan sekali lagi

Aku bukanlah pecundang

Aku tak akan mau kalah

Sekalipun jalan kau tutup

Ku yakin jalanmu retak hingga robohkan pintumu

Pergilah gundah

Karena tak lama lagi ku berjabat tangan dengan mentari

(Isk) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun