Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mei 1998, Saksikan Kisah Kelam Tangis dan Darah dari Teras Matraman

13 Mei 2020   15:07 Diperbarui: 13 Mei 2020   15:14 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desakan turunnya Soeharto sebagai presiden terus menguat. Saya sebagai warga kampus ya cukup dekat mengamati karena saya masuk sebagai Persma (Pers Mahasiswa). Parkiran bus berjajar depan kampus dengan spanduk-spanduk kain bertuliskan semprotan pylox dengan agitasi dan propaganda terlihat gagah berani menantang rezim Soeharto. 

Suasana saat itu memang sangat mencekam sebab "spionase" bisa ada diantara masing-masing teman yang dicurigai bagian intel sebut saja istilahnya "Infiltrasi" atau penyusupan dari pihak aparat. Sampai segitunya ya usaha pergerakan yang bisa memakan korban bahkan keributan antar kawan.

Saya tetap seruput kopi di matraman bersama kawan-kawan main sehari-hari dan juga kawan satu band. Tentunya obrolan saat itu ya seru karena eranya masih dominasi "offline" semua kupasan bahasan berdasar bacaan koran, majalah, bahasan info TV dan ada lagi yang favorit dari itu semua apa hayoo coba tebak. 

Radio dengan gelombang pilihan jadi teman asyik yang menemani saya dan teman ber-kongkow ria. Kalo ada sesekali lagu kesukaan muncul langsung deh ada yang teriak "weits weits,...coba di gedein dong suaranya," kebetulan ya kita mayoritas punya genre musik yang sama jadi nikmati bareng alunan musik dan lagunya.

Asap tebal membumbung tebal di Matraman

Setelah sempat ikut aksi mahasiswa tanpa ikut rombongan resmi sebelum pecah kerusuhan. Saya masih sempat mampir ke tempat kongkow hingga dini hari dan akhirnya pulang untuk tidur. 

Saya terasa letih sekali dan tak lama bersandar bantal langsung bablas saya tertidur. Saya terbangun dan tak tahu sudah berapa lama tertidur karena terusik ada suara gaduh depan rumah. 13 Mei 1998 seperti mimpi saya lihat kebanyakan pemuda sebaya saya menjinjing barang-barang yang wahh untuk ukuran saat itu dan kok bisa ya. 

Bahkan ada yang gelar koleksi dagangan di depan rumah dari hasil yang katanya jarahan di Mall dan pusat perbelanjaan yang ada di kawasan Matraman dan Jatinegara. Ada apa ? ... Jakarta terbakar !!  teriak kawan saya dan coba mengajak ke tempat yang sudah terbakar seperti mall pusat perbelanjaan.

Sehari sebelum kerusuhan dan penjarahan  pada tanggal 12 Mei 1998 Tragedi Trisakti terjadi dan gugur lah rekan-rekan mahasiswa Trisakti hingga semakin menjadi bara api pergerakan mahasiswa dan Rezim Orba terlihat semakin terpojok. 

Saya lihat asap hitam tebal telah membumbung tinggi dari banyak titik di Jakarta sejauh mata saya memandang. Ada perasaan sedih dan masih terus bertanya dalam hati kenapa ini harus terjadi. 

Tak ada yang menduga bahwa penjarahan telah berlangsung dan banyak dugaan-dugaan serta analisa bersliweran saat itu tentang siapa yang menunggangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun