Maka meletuslah pertempuran besar kami dengan mereka.
Untuk jumlah saja, kami kalah, mereka hampir dua kali lipat armada kami. Persenjataan mereka pun lebih canggih, terlihat dari meriam kapalnya yang lebih jauh jangkauannya dan lebih cepat pengisian kembalinya.
Tapi armada kami memiliki Cetbang, atau meriam khas Nusantara, yang diisi pelurunya bukan dari moncong laras meriamnya, melainkan dari pantatnya, sehingga tidak perlu ditarik kembali meriamnya setiap kali mau ditembakkan.
Yang perlu menjadi perhatian juga adalah naga mereka, naga Tiongkok itu sangat tersohor, sampai ada mitos bahwa sebagian besar naga itu asal muasalnya berasal dari negeri tersebut.
Untungnya mungkin karena meremehkan, naga yang dikirimkan untuk melawan kami, bukanlah tipe naga mereka yang paling kuat, bahkan levelnya menengah. Tapi itupun aku tetap kesulitan menghadapinya.
Jadi di sini, armada Majapahit membawa satu naga, yaitu aku, melawan armada Ming yang juga membawa satu naga.
Walaupun naga mereka bukan yang terkuat, aku tetap kewalahan, bahkan sempat terdesak karena begitu lincahnya naga itu meliuk-liuk menghindari dan menyerangku. Tapi setiap kali itu berusaha membakar diriku dengan semburan apinya, naga itu selalu terperangah karena merasa serangannya tiding berdampak apa-apa terhadap aku sebagai musuhnya.
Di saat, naga Tiongkok itu agak lengah, aku langsung menerjang dan berhasil menghempaskan tubuhnya terpental agak jauh ke daratan dan menabrak benteng Malaka di belakangnya. Dari situ, aku tidak mau memberikan kesempatannya memulihkan diri, akupun menubruk kembali dirinya yang baru saja mau bangun.
Benteng yang tertimpa naga itu langsung hancur berantakan, dan naga itu nampaknya sudah mulai terluka cukup parah, kelihatan dari gerak bangkitnya yang mulai melambat.
Namun naga itu sepertinya beruntung, karena tidak lama kemudian terdengarlah terompet dari kapal armada Ming, sebagai tanda peringatan untuk mundur. Begitu mendengar itu, naga lawanku ini dengan tertatih-tatih berusaha bangkit dan menceburkan dirinya ke laut kembali.
Aku sebenarnya dapat saja tidak membiarkan naga itu kembali ke armada Ming, mudah untuk langsung menghantamnya kembali. Tapi karena dirinya sudah jauh melemah, aku membiarkan saja dirinya untuk berlalu begitu saja, mungkin suatu saat kami akan bersua kembali.