Sekali lagi, aku memang bukan naga penyembur api, tapi aku kuat dan jauh lebih kuat daripada kebanyakan naga. Kulitku dari ujung ekor hingga kepala, dan dari punggung sampai perut itu tertutupi lempengan tulang yang sangat keras, lebih keras dari baja.
Kalau teman-teman pernah dengar Dunkleosteus, ikan purba berlapis tempurung, seperti itulah rupa lempengan kulitku. Tidak hanya itu, dibalik lempenganku, ada kulit tebal dan sulit dirobek, meskipun digigit naga lain atau ditembak meriamnya manusia.
Ibaratnya, aku layaknya sebuah tank atau panzer laut berukuran massif, namun masih dapat bergerak sangat cepat.
Cara berkelahiku juga tidak jauh beda dengan badak atau triceratops yang lebih suka menabrak musuhnya. Selain itu aku juga punya senjata lain, yaitu buntut berujung gada berat seperti buntutnya ankylosaurus.
Ukuran tubuhku begitu besar untuk ukuran tubuh rata-rata naga, saking besarnya kelihatan mirip pulau jika dilihat dari jauh. Paus biru saja sebagai hewan terbesar di dunia menurut manusia, tapi kecil sekali bagi aku.
Makananku ikan kecil dan tumbuhan laut, aku tidak tertarik memangsa paus atau manusia. Mengenai apakah aku banyak makan, tenang saja, aku biasanya hanya membutuhkan makanan sedikit, sehingga tidak terlalu mengganggu keseimbangan ekosistem di dalam laut.
Eksepedisi Penaklukan Tanah Malaka
Kembali kepada pertempuran-pertempuranku bersama armada Majapahit.
Dimulai dengan ekspedisi mereka ke semenanjung Malaka, aku dan armada Majapahit ini berhasil memporak-porandakan pasukan musuh di sana.
Hanya saja kami agak kesulitan saat datang bala bantuan dari majikan mereka, armada dinasti Ming, yang baru saja menggulingkan dinasti sebelumnya, Yuan, yang dianggap penjajah Mongol di tanah Tiongkok.
Armada Ming ini selayaknya armada kekaisaran besar lainnya, tentu saja diperlengkapi persenjataan yang paling muktahir pada masanya, ditambah lagi mereka dikawal naga-naganya yang dikenal termasuk paling kuat di dunia.