Sejak pertengahan tahun negeri ini mengalami masalah serius yang sangat dikawatirkan oleh para orang tua. Merebaknya Gagal Ginjal Akut yang banyak terjadi pada anak selama beberapa bulan dan terus meningkat penderitanya menjadi semacam horor yang menakutkan bagi kita semua.Â
Hampir setiap hari dan mungkin bahkan setiap beberapa jam muncul siaran berita di televisi kita yang terus menerus menyiarkan berkembangnya penyakit ini di tengah-tengah masyarakat.
Pada beberapa daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Utara menjadi salah satu daerah yang banyak mendapatkan laporan adanya Gagal Ginjal Akut yang menyerang anak.Â
Menurut laporan tanggal 18 Oktober 2022 menyebutkan telah ada 192 kasus terkait Gagal Ginjak Akut pada anak ini dan tidak hanya itu penyebarannya sudah mencapai 20 provinsi. Dengan kasus terbanyak ada di DKI Jakarta sebanyak 50 kasus, lalu Jawa Timur dan Jawa Barat 24 kasus.
Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa angka-angka mengenai Gagal Ginjal Akut ini hanyalah semacam fenomena gunung es disebabkan sebenarnya laporan-laporan tersebut dapat membengkak jumlahnya karena bisa jadi tidak semua masyarakat melaporkannya karena ketidaktahuannya akan gejala penyakit ini selain itu laporan ini bersumber dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) yang hanya dapat menerima laporan dari dokter saja yang menjadi anggota dari IDAI itu sendiri.Â
Oleh karena itu rencananya Kementerian Kesehatan akan mengambil alih surveilans karena dapat memiliki akses ke seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan seperti ke seluruh klinik dan rumah sakit sehingga diharapkan dapat memperoleh data lengkap dan menyeluruh terhadap jumlah kasus yang sudah terjadi.
Menurut beberapa ahli menyebutkan kalau gejala-gejala Gagal Ginjal Akut pada anak ini memiliki gejala yang tidak jauh berbeda dengan gejala gagal ginjal yang terjadi selama ini, misalnya seperti penurunan jumlah urine yang dikeluarkan menurun secara drastis dibandingkan sebelumnya dan kemudian dapat terjadi tidak keluar sama sekali urinenya.Â
Tetapi yang membedakannya adalah penyebarannya yang cukup banyak dan perjalanan penyakit pada si penderita cepat sekali karena hanya dalam waktu singkat kondisinya dapat menurun drastis. Selain itu ada beberapa kasus si anak datang ke rumah sakit memiliki riwayat diare atau demam, dan ada juga yang gejalanya seperti pilek dan batuk walaupun tidak semuanya.
Banyak dugaan akan kemungkinan penyebab awal penyakit ini seperti apakah penyakit ini disebabkan virus Covid 19 atau virus lain seperti adenovirus dan leptospirosis atau mungkin adanya penyakit lain karena biasanya gagal ginjal merupakan penyakit bawaan yang terjadi sejak lahir namun untuk kasus yang sering terjadi akhir-akhir ini berbeda karena menurut laporan anak-anak yang terkena tidak memiliki riwayat masalah dengan ginjalnya.Â
Selain itu kalau kita mau mengambil pelajaran banyak terjadinya Gagal Ginjal Akut di negara lain, maka kita dapat menengok kepada Gambia di Afrika karena di negara tersebut juga cukup banyak di temukan kasus penyakit ini.Â
Di Gambia tercatat sudah dilaporkan adanya 70 total kasus anak yang meninggal karena Gagal Ginjal Akut dan penyebabnya mengarah kepada penggunaan obat batuk yang diproduksi oleh perusahaan Maiden Piharmaceuticals New Delhi, India.
Uniknya banyaknya laporan Gagal Ginjal Akut ini terjadi hampir bersamaan dengan yang terjadi di Indonesia dan ditambah Bangladesh, jika yang terjadi pada Gambia dan Bangladesh diduga berasal dari obat batuk dari India, maka penyebab yang terjadi pada anak-anak di Indonesia masih belum dipastikan karena Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pernah memberikan klarifikasi bahwa obat batuk yang tersebut tidak terdaftar di BPOM.Â
Akan tetapi BPOM menyatakan akan terus melakukan memantau perkembangan produksi sirup obat yang ada dan juga melakukan komunikasi dengan WHO dan otoritas obat negara lain.
Jika sebelumnya pemerintah Indonesia sudah berpengalaman dalam menangani penyebaran Covid 19 yang sebenarnya masih baru saja kita rasakan, maka seharusnya pengalaman tersebut dapat diterapkan kepada kasus penyakit lainnya seperti kasus Gagal Ginjal Akut pada anak ini.Â
Kementerian Kesehatan harus lebih aktif termasuk kalau perlu melakukan trasing atau penelusuran pada riwayat para penderita sebelum terkena gagal ginjal, dengan siapa saja mereka berinteraksi atau kemana saja mereka pernah berpergian.Â
Dan tidak hanya itu saja penelusuran juga perlu mencari tahu makanan, minuman, dan obat apa saja yang pernah dikonsumsi selama beberapa bulan terakhir, apakah ada kesamaan atau tidak sehingga dapat mengkerucutkan potensi penyebab kasus ini terjadi.
Pemerintahan secara umum juga perlu menyatakan secara resmi bahwa kasus ini merupakan kasus gawat yang sangat berbahaya, tidak boleh sampai meremehkan karena ini menyangkut anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa ini.Â
Kasus ini juga sama seriusnya dengan kasus-kasus lain yang saat ini sedang hangat diberitakan di banyak media massa seperti kasus Ferdi Sambo dan Kanjuruhan. Bahkan menurut penulis kasus ini jauh lebih penting karena masih berpotensi untuk dapat terus bertambah angka-angkanya dan sekali lagi nyawa anak-anak kita sebagai taruhannya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H