Mohon tunggu...
Muhammad Asif
Muhammad Asif Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and reseacher

Dosen dan peneliti. Meminati studi-studi tentang sejarah, manuskrip, serta Islam di Indonesia secara luas.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Sepenggal Kisah tentang Perjalanan Penelitian dan Taksi Nakal

24 Maret 2019   21:49 Diperbarui: 25 Maret 2019   13:17 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan saya biasa dari dekat terminal Terboyo Semarang sampai daerah Ngaliyan paling hanya sekitar 80 sampai 90an. Tapi taka pa-apalah. Toh nanti juga diganti oleh panitia. ak mencoba mengubur rasa jengkelku karena ditipu. Sampai di hotel ketika registrasi ternyata peserta yang diperbolehkan ikut dan dibiayai hanya satu orang untuk penelitian yang kolektif atau kelompok. Padahal sebelumnya tidak ada pemberitahuan. Karena berbagai pertimbangan dan kendala teknis akhirnya teman saya memutuskan balik. 

Dia percaya saya bisa mempresentasikan proposal dengan baik dan bisa lolos. Akhirnya sore hari saya antarkan dia sampai ke luar hotel. Dan saya meminta seorang satpam yang sedang jaga untuk memesankan taksi buat teman saya. "Ok. Ini sudah saya pesankan bapak. Bisa ditunggu sebentar. Biayanya nanti 45 Ribu". "Oh. Iya terima aksih pak" Jawab saya. 

Jawaban satpam itu membuat saya jadi tahu perbandingan tarif taksi online dengan taksi tadi, entah si satpam tadi pakai aplikasi apa. Saya pun jadi mengingat kembali sopir taksi yang mengantar kami tadi siang.

Setelah tiga hari di hotel. Acara pun selesai. Semua peserta pun chek out dari hotel. Oleh seorang kawan, kenalan dari sebuah perguruan tinggi di Jogjakarta saya dipesankan Grabb. Dia berasal dari Pati, bu Yusroh namanya. Dosen sastra Arab di Universitas Ahmad Dahlan. Saya sebelumnya memang tidak terbiasa dengan taksi online. 

Saya biasa menggunakan argo. "Sebantar lagi datang. Tarifnya 45 pak". Tak lama kemudian taksi pun datang. Dan berhenti persis di depan pintu hotel. Setelah bersalaman dengan teman-teman yang dari Yogja saya pun naik taksi itu. Suasananya sangat jauh beda dengan taksi yang saya ceritakan di awal. Sopirnya ramah. Kami pun ngobrol-ngobrol kesana kemari.

"Mau ke terminal ya mas. Tujuannya kemana?" dia mencoba membuka obrolan.

"O. Saya ke Rembang". Dia tanya lagi, "Habis acara apa di Marriot?". Saya ceritakan tentang presentasi proposal penelitian. Dia kemudian banyak cerita tentang tempat atau daerah asal dia. Sampai sudah berapa tahun di tinggal di Surabaya dan lain sebagainya.

 "Saya dulu sopir truk, sering ke Semarang. Sering lewat Rembang juga mas. Saya paham daerah Rembang". Saya kadang menimpalinya kalau perlu. Dan kadang hanya menjadi pendengar yang baik dan menganguk sebagai tanda setuju kalau ada obrolan yang perlu diiyakan. 

Dia akhirnya sampai cerita bagaimana dia memutuskan berhenti menjadi sopir di sebuah perusahaan dan mengkredit mobil untuk kemudian daftar jadi anggota sebuah perusahaan taksi online. "Hasilnya gimana pak?" saya ingin tahu apa beda penghasilan dia ketika menjadi sopir truk di sebuah perusahaan dan menjadi sopir taksi online. "Lumayan mas. Saya bisa ngredit mobil. Saya juga bisa nyekolahkan anak-anak".

Karena saking asyiknya ngobrol tahu-tahu kami sudah sampai di Bungurasih. "Sudah sampai sampai. Berhenti sini ya mas". "Berapa pak?" Saya mencoba tanya. "Empat puluh dua ribu" Jawabnya ramah. Karena terkesan dengan keramahan dan kejujurannya akhirnya saya kasih 50 Ribu. "Kembaliannya mas"

"Gak usah pak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun