Mohon tunggu...
Dimas almasih
Dimas almasih Mohon Tunggu... Bankir - Dulunya vocalist

B aja

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Sylvia Plath yang Tersiksa dalam Puisi Ariel dan The Bell jar

16 Mei 2020   00:27 Diperbarui: 16 Mei 2020   04:17 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi dari zenpencils by Gavin Aung Than 2013

"dari setiap ujung cabang, seperti buah ara yang ranum, masa depan yang cerah terisyaratkan nan samar...tetapi apabila memilih salah satu berarti akan kehilangan yang lain, dan, semari aku duduk disana, tak mampu untuk memutuskan, buah ara yang menggantung mulai mengerut dan membusuk. dan, satu per satu, mereka jatuh menimpa kakiku,"-The Bell Jar

Pada kutipan kata dari "The Bell Jar" karya Sylvia Plath tersebut, seorang gadis yang masih muda sedang membayangkan masa depannya yang seperti tak menentu-dan berbicara kepada ketakutan yang universal tentang arti menjadi bebas oleh kemungkinan akan memilih sebuah pilihan yang salah di masa mendatang.

Walaupun dia juga terpikirkan kemungkinan yang lainnya, Plath memilih mengambil jalan sebagai seorang seniman. dan puisi adalah panggilan hatinya.

Di bawah mata lihainya dan gerakan pena, objek sehari-hari yang ditemui menjadi gambaran yang kian bermunculan, "patung baru di museum yang lembab" bayangan yang ada di cermin, dan bau sabun yang beraroma pekat.

Memiliki otak yang sangat cerdas, tajam, dan juga lucu, ternyata Plath pernah didiagnosis mengalami gangguan depresi mayor.

Ia pergunakan untuk berpuisi dalam mengekspresikan pikirannya dalam istilah yang paling akrab, dan pandangan Plath  yang mencengangkan tentang emosi, alam dan seni yang selalu memikatnya serta menggema.

Di dalam karya pertamanya, yaitu "The Colossus," Plath menuliskan perasaannya tentang sebuah kehampaan: "Putih: merupakan warna dari pikiran."

Di waktu yang sama Plath menemukan sebuah penghiburan dari alam, dari "kabut biru""menyeret danau", hingga bunga-bunga berwarna putih yang "menjulang dan kemudian tumbang" hingga kerang-kerang berwarna biru yang "berkerumun layaknya umbi-umbian".

Setelah karya pertamanya terbit, Plath kemudian membuat novel berjudul "The Ball Jar", yang merupakan novel satu-satunya karya Plath, yang menggambarkan saat-saat dia bekerja untuk sebuah majalah Mademoiselle di new york saat dia masih di bangku kuliah.

Novel itu menceritakan tentang keseharian Esther, yang sedang mengalami gangguan depresi yang sangat berat, namun juga menampilkan gambaran yang kocak tetapi cerdas tentang berbagai pesta mode yang congkak dan kencan dengan laki-laki membosankan.

Tidak lama sesudah novel "The bell Jar" terbit, Plath ditemukan bunuh diri di usianya yang baru 30 tahun.

dua tahun berselang, koleksi puisi milik plath yang dia tulis dengan penuh semangat dan kreatif selama satu bulan sebelum kematiannya di terbitkan dengan diberi judul "Ariel".

Dengan penuh pertimbngan yang dilakukan kepada mahakaryanya, "Ariel" memberi contoh tentang kejujuran dan imajinasi yang telah Plath teguhkan dalam menggambarkan berbagai penderitaannya.

Dalam salah satu puisi "Ariel", yaitu "Lady Lazarus", dia seakan sedang mengekplorasikan ushanya untuk merebut hidupnya melalui Lazarus, yang merupakan seorang tokoh didalam alkitab yang pernah bangkit dari kematian.

Plath menuliskan,"dan aku wanita yang tersenyum/aku tidak lebih dari 30/dan ibarat kucing, aku memiliki sembilan kesempatan untuk mati." tetapi, puisi itu juga merupakan sebuah keinginan untuk tetap bertahan: "aku bangkit dengan rambut merahku yang berkibar/dan aku makan setiap orang seperti udara."

Bahasanya yang tegas membuat Plath sebagai acuan yang penting untuk para pembacanya serta penulis lainnya yang ingin mencoba menghentikan suyinya rasa trauma, frustasi, dan seksualitas.

"Ariel" juga di penuhi dengan meditasi yang berkelanjutan tentang rasa patah hati dan kreativitas. di judul puisi yang bermula dengan kalimat "Aliran tubuh yang terhenti dalam kegelapan/kemudian biru semu/dihujani bukit dan jarak."

Rangkaian tersebut menggambarkan seseorang yang sedang telanjang mengendarai kudanya di pagi buta-yang merupakan sebuah ekspresi paling terkenal dari Plath tentang rasa kegembiraan bebasnya untuk bisa berkreasi. tetapi juga dipenuhi dengan gambaran akan firasat, seperti 'tangisan seorang bayi" yang "leleh di dinding tembok" dan "mata merah, di pemandangan pagi hari."

Kegelapan terasa bergema di sepanjang tulisan-tulisan tersebut, termasuk didalamnya terdapat kontroversial yang merujuk pada tragedi Holocaus dan kamikaze.

Bahkan gambaran dari masa-masa bahagianya dijelaskan sebagai sebuah penghancuran si penulis "suami beserta anakku tersenyum dalam foto keluarga, senyuman mereka begitu menancap di kulitku, ibarat kail kecil yang tersenyum."

Ketidakpuasan akan rumah tangganya dan penganiyaan yang pernah dilakukan suaminya menjadi dua tema yang konstan pada tulisan-tulisan puisi selanjutnya.

Sesudah kematian Plath, suaminya mewarisi rumah miliknya, dan dituduh sudah menyembunyikan beberapa karya lain Plath dari publikasi. 

Walau ada kemungkinan perihal penghilangan tersebut dan kematiannya yang dianggap terlalu cepat, yang terselamatkan dari karya Plath adalah sesuatu karya paling menakjubkan oleh seorang penyair di abad ke-20. 

Karyanya bisa mengejutkan melewati kegusaran dan rasa traumanya, Plath menjadikan para pembacanya sebagai saksi, tidak hanya pada kehidupan psikisnya, namun juga terhadap kemampuannya yang mencengangkan untuk menggambarkan apa yang sangat sulit untuk digambarkan. dan inilah alasan yang tepat untuk kalian juga harus sempat membaca karya dari si penyair jenius tersebut.

"I took a deep breath and listened to the old brag of my heart. I am, I am, I am."-Sylvia Plath

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun