Bismillah, aku akhirnya mencoba berinisiatif untuk menjawabnya, satu pertanyaan dari bujang. Satu rupa pertanyaan saja, toh apa susahnya untuk mencoba bersuara. Memberikan jawabannya sesuai kadar mampuku, tidak lebih tidak kurang.
"Kamu bilang saja sayang, kamu tinggal jawab begitu, tanpa harus berpikir panjang." Jawabku, versi aku.
"Tapi kan?!" sanggah bujang.
"Nggak usah ada tapi. Tapi biarkan saja pergi sendiri, nggak perlu juga ditemui lagi tuh tapi." Jawabku, masih versi aku juga dong tentunya.
"Rahman Rahiim itu kan bermakna kasih sayang. Berarti welas asih alias kasih sayang itu adalah kebutuhan." Masih versi aku, penjelasanku.
"Itu kan secara global kawan, umum. Ini kan pertanyaan yang sifatnya lebih spesifik kawan, tentang sayang itu lho maksudnya." Bujang mulai berargumen, lebih detail.
"Mudah saja kawan, sebelum bisa menjadi khusus kan umum dulu. Supaya tidak sempit, kan dikasih keleluasaan dulu." Aku juga jadi ikut-ikutan berargumen, masih versi aku lho ya.
"Maksudnya??!!" bujang kian penasaran. Kelihatan sih dari sorot matanya.
"Seseorang yang bertanya itu kan butuh jawaban, antara ya atau tidak, dua pilihan jawaban."
"Kamu ketika dihadapkan dengan dua pilihan jawaban, kamu tinggal bilang ya saja gitu lho."
"Ya sih, tapi untuk urusan yang satu ini.. aku kan belum merasa sayang ke seseorang tersebut." Ujar bujang, begitulah bunyinya.