"Jam tujuh pagi, ayah."
"Oh ya, Oena suka nggak sih dengan angka tujuh?"
"Lumayan suka, karena Oena lebih suka angka delapan daripada angka tujuh."
"Nah nah nah, lho lho lho... memangnya ada apa dengan angka delapan?" Tanyaku kemudian.
"Ayah kan lahir di tanggal delapan. Angka delapan yang Oena nggak boleh lupa." Aku tersenyum, aku bersyukur, aku merasa sangat lega mendengar ucapannya, semata wayangku.
"Oh ya! ayah jadi ingat nih. Usia Oena sekarang berapa ya?"
"Tujuh tahun." Jawabnya singkat saja.
"Nah, berarti boleh dong kalau pagi ini... ayah mau sedikit bercerita tentang angka tujuh ya."
"Boleh ayah, boleh." Tuturnya yang mengiyakan, sembari mengangguk, pertanda setuju.
"Nak, ayah punya satu cerita. Anggap saja dongeng ya, versi ayahmu ini. Satu cerita yang memang ada hubungannya dengan angka tujuh."
"Lalu ayah?!" Tanyanya.