"Kawan! kamu sebagai calon kakak iparnya Arba, pasti nggak mau kan Arba kurang tepat menentukan pilihan? untuk saat ini atau kelak, tentang siapa yang akan menjadi pasangannya?!"Â tanyaku untuk Dian.
"Ya sih! sebisa mungkin jangan sampai dia kurang bijak menentukan pilihan untuk masa depannya! dalam hal apapun!"Â jawab dari Dian yang terlihat sambil berpikir juga.
"Nah! jelas kan sekarang. Lebih baik masing-masing dari kita meneruskan perjuangan untuk masa depan yang lebih baik, yang memang semoga saja bisa sesuai harapan masing-masing dari kita." Penjelasanku berikutnya, yang bukan untuk Dian saja. Untuk aku juga yang tengah mencoba menata masa depan yang lebih baik pun menawan.
"Baiklah, aku hargai keputusanmu kawan. Semoga yang terbaik dan memang adalah pilihan bijak dan benar untuk kita semua akan semua ini." Timpal Dian yang kini kembali tersenyum dan terlihat lebih lega.
"Ya sudah, end of conversation ya. Tugasku masih menumpuk nih! pekerjaanku juga aktifitas kuliahku. Selamat beraktifitas Bang Dian, hehehe."Â Ujarku untuknya yang adalah kekasih dari Ara, kembarannya sekaligus kakaknya Arba.
"Oh ya kawan! aku kan belum menyampaikan alasan utama Arba ingin putus darimu?" Tutur dari Dian berikutnya.
"Selamat pagi Bang Dian, selamat beraktifitas. Selamat menikmati hari rabu, yang tidak perlu ada tanda seru." Jawabku, yang lalu tersenyum secukupnya, untuk kemudian melangkahkan kaki menuju ruang kerjaku.
Salam Fiksiana, DS 16 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H